Senin, 25 November, 2024

Akibat Gempa, Ratusan Warga Desa Watuwey masih Mengungsi di Gunung Erola

400 orang warga Desa Watuwey masih mengungsi di gunung Erola tanpa tenda.
Sebanyak 400 orang warga Desa Watuwey masih mengungsi di gunung Erola tanpa tenda. (Foto: Menitini/M-009)

AMBON,MENITINI.COM-Ratusan warga Desa Watuwey, Kecamatan Dawera Dawelor, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, yang menjadi korban terdampak gempa berkekuatan 7,9 magnitudo hingga kini masih memilih bertahan di kawasan pegunungan di desa tersebut.

Ratusan warga itu terpaksa memilih mengungungsi ke lokasi aman setelah rumah-rumah mereka hancur diguncang gempa yang terjadi pada Senin (9/1/2023) yang lalu.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Barat Daya James Likko yang dihubungi wartawan mengakui ratusan warga di desa itu masih mengungsi ke wilayah pegunungan di desa tersebut selain karena rumah-rumahnya rusak, juga karena mereka masih trauma dengan gempa yang terjadi.

“Saya dapat laporan dari kepala desanya tadi, bahwa sampai saat ini masih ada sekitar 400 warga yang masih mengungsi di pegunungan,” kata James via telepon seluler, Rabu (11/1/2023).

Desa Watuwey merupakan salah satu desa di Kecamatan Dawera Dawelor yang paling parah terdampak gempa besar tersebut.

Ada puluhan rumah warga yang rusak parah hingga ambruk saat gempa tersebut terjadi.

Menurut James setelah Badan Meteorologi Klimatologi dan Goefisika (BMKG) menghentikan status peringatan dini tsunami di wilayah tersebut, pihaknya telah mengimbau warga desa tersebut agar kembali lagi ke kampungnya.

BPBD, kata James, juga telah melayangkan surat edaran agar warga dapat segera kembali. Namun hingga kini masih ada banyak warga desa itu yang tetap bertahan di kawasan pegunungan Erola yang ada di desa tersebut.

“Setelah BMKG hentikan status waspada tsunami itu, kita langsung imbau mereka untuk segera kembali, kita juga sudah bikin surat edaran tapi memang mereka masih di sana, mungkin masih trauma dengan gempa yang nereka alami,” ucap James.

Dari informasi yang dihimpun media ini, ratusan warga desa tersebut mengungsi ke pegunungan itu tanpa perlengkapan dan bahan makanan yang cukup. Mereka hanya tidur beralaskan terpal tanpa ada tenda.

Selain warga desa Watuwey, seluruh warga desa Teineman, kecamatan Wuar Labobar, kabupaten Kepulauan Tanimbar yang juga merupakan korban gempa di wilayah itu hingga kini masih memilih bertahan di hutan.

Warga di desa ini memilih bertahan di hutan karena takut dengan munculnya tumpukan lumpur berbentuk pulau usai gempa di pantai desa tersebut.

Gempa 7,9 magnitudo mengguncang Maluku, oleh BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami, namun beberapa saat kemudian peringatan tersebut cabut.

Gempa berpusat di laut Banda pada titik kordinat 7,37 Lintang Selatan dan 130,23 Bujur Timur atau berjarak 136 kilometer arah barat laut Maluku Tenggara Barat pada kedalaman 130 kilometer di bawah permukaan laut.

Adapun gempa tersebut sangat kuat dirasakan oleh warga tidak hanya di Kepulauan Tanimbar namun juga di sejumlah daerah lainnya di Maluku, NTT, hingga Papua. (M-009)

Editor: Daton