AMBON,MENITINI.COM – Untuk menjaga setuasi keamanan di daerah Konflik, maka Tentara Nasional Indonesia (TNI) berinisiatif membangun pos keamanan di perbatasan wilayah tersebut, antara Desa Sawai, Rumaolat dan Masihulan Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (6/4/2025).
Sebagaimana diketahui, pada Kamis 3 April 2025 lalu, konflik antar warga Sawai, Rumaolat dan Masihulan kembali terjadi. Puluhan rumah di Masihulan ludes terbakar.
Dari konflik tersebut, tercatat satu Anggota Polsek Wahai meninggal dunia terkena tembakan saat melakukan pengamanan, serta 69 rumah warga Masihulan dilaporkan habis terbakar.
Pasca Konflik, Bupati Maluku Tengah, Zulkarnain Awat Amir, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, serta Pangdam Pattimura dan Kapolda Maluku langsung meluncur ke TKP.
Belum diketahui pasti apa motif dibalik konflik tersebut.Masyarakat di wilayah desa yang berkonflik juga meminta agar Gubernur, Pangdam maupun Kapolda mendirikan pos keamanan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ke depan.
Terkait hal tersebut, Dandim 1502 Masohi Letkol CZI M. Yusup Aksa, yang dikonfirmasi wartawan, Minggu (6/4/2025) mengaku, dirinya sampai saat ini masih berkeliling dan menetap di lokasi desa yang berkonflik.
Ia mengatakan, sesuai dengan arahan gubernur pada saat melakukan kunjungan ke Masihulan maupun Sawai, meminta seluruh pihak untuk bisa menahan diri membangun rekonsiliasi dalam rangka menciptakan kedamaian secara kolektif di Seram utara khususnya di Sawai, Rumaolat Masihulan dan Olong.
Gubernur saat melakukan tinjauan juga, diakui akan melakukan upaya-upaya penanganan agar masyarakat bisa merasakan kehadiran pemerintah, mulai dari bagaimana kehidupan para pengungsi pasca konflik, bagaimana pendidikannya ke depan dan bagaimana dengan penanganan bangun-bangunan yang rusak akibat terbakar.
“Itu kemudian saya terjemahkan bahwa kalau misalnya Gubernur telah selesai memberikan arahan seperti itu, berarti kita memang harus melakukan langkah tindak lanjut agar apa yang diucapkan oleh Gubernur bisa terwujud di lapangan,” ucapnya.
Letkol CZI M. Yusup Aksa mengaku, pasca konflik dirinya langsung berinisiatif melakukan kerja bakti membersihkan puing-puing bangunan yang terbakar di Masihulan dengan melibatkan 80 anggotanya, dibantu 10 orang Brimob dan kurang lebih 60 warga setempat.
“Saya inisiatif, setelah saya laporkan ke panglima untuk menggerakkan kekuatan yang ada dengan tidak bermaksud, untuk melonggarkan sekat seperti Olong dengan Rumaolat kemudian Rumaolat dengan Sawai lalu Sawai dengan Masihulan dan kilo lima,” terangnya.
Dari hasil survei pasca konflik, lanjutnya, Masihulan merupakan wilayah yang paling berdampak. Mulai dari air bersih hingga listrik terputus pasca bentrok antar warga beberapa hari lalu.
“Tapi kami sudah kerjakan yang bisa dikerjakan. Seperti, membenarkan kembali pipa air bersih yang putus, kami juga sudah koordinasi dengan PLN juga Gardu kan terbakar, tapi sekarang sudah diatasi dan lampu pun telah menyala,” ujarnya.
Untuk rumah-rumah warga Masihulan yang masih bisa ditempati, lanjutnya, pihaknya membantu dengan memasukkan pipa-pipa air agar bisa ditempati.
“Kampanye perdamaian juga gencar kita lakukan,” sebutnya.
Lebih lanjut, ia mengaku, masyarakat di Masihulan juga minta kepada aparat agar sebelum semua benar-benar pulih tolong untuk warga dari Sawai jangan dulu melintas di wilayah Masihulan.
Terhadap hal itu, pihaknya juga sudah memberi pemahaman kepada masyarakat yang ada di Sawai bahwa di Masihulan juga masih dalam kondisi terluka, tutupnya. (M-009)
- Editor: Daton