Kamis, 4 Juli, 2024

Ilustrasi resesi seks di Jepang. (Foto: David Mareuil/Getty Images)

JAKARTA,MENITINI.COM-Meski angka kelahiran di Jepang masih rendah, pemerintah Jepang mengaku gagal mengatasi resesi seks. Faktanya, angka kelahiran di Jepang telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Yasushi Masaki, duta besar Jepang untuk Indonesia, menyampaikan argumen serupa, dengan mengatakan bahwa Jepang belum mampu meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran.

“Banyak hal yang sedang kami kerjakan, tapi entah mengapa kami tidak melihat adanya perbaikan (dalam resesi seksual yang semakin meningkat),” kata Yasushi dalam konferensi pers, Jumat (21/6/2024).

Sebanyak 32 Warga Negara Taiwan Dideportasi

Bupati Motivasi Siswa Jembrana Wakili Bali pada Lomba UDG Tingkat Nasional

Adu Banteng Mobil Vs Motor di JMP Ambon, Pengendara Motor Tak Sadarkan Diri 

Jokowi Ingatkan Tantangan Besar Polri di Masa Depan

Ia mengatakan angka kelahiran di Jepang tahun ini hanya mencapai 1,2 persen. Hal ini menyebabkan pemerintah Jepang khawatir akan percepatan penurunan populasinya sendiri.

Mr Yasushi mengakui bahwa pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi depresi seksual yang melanda generasi muda Jepang dalam beberapa tahun terakhir.

"Untuk mendorong pasangan muda untuk memiliki anak, kami sekarang menawarkan tunjangan penitipan anak dan cuti orang tua bagi mereka yang membesarkan anak.

Tunjangan dan perawatan kesuburan juga ditanggung," tambahnya.

Namun berbagai upaya tersebut belum membuahkan hasil nyata. Kebanyakan pasangan muda tidak ingin mempunyai anak karena khawatir dengan mahalnya biaya pendidikan dan hidup di Jepang.

Masalah ini sedang ditangani melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang.
Salah satunya adalah pemberian subsidi khususnya kepada pasangan yang ingin memiliki anak.
Bulan lalu, kabinet Jepang juga mengesahkan rancangan undang-undang untuk menambah tunjangan anak bulanan bagi siswa sekolah menengah pertama.

Faktanya, pemerintah Tokyo berencana meluncurkan aplikasi kencan pada musim panas ini.
Hal itu dilakukan untuk meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran di Negeri Matahari Terbit.

Yasushi kemudian menyarankan negara lain untuk belajar dari kejadian Jepang. Itu karena dia yakin hal ini bisa saja terjadi di berbagai negara.

"Jadi, saat ini, menurutku Anda masih memiliki beberapa kolega yang sangat berbakat dan muda.
Tapi saya yakin Anda akan menghadapi masalah yang sama di masa depan. "Oleh karena itu, penting juga bagi negara Anda untuk mengambil pelajaran dari pengalaman kami,” kata Yasushi.

Editor: Daton

BACA JUGA:  Tekuk Iraq, Jepang Melaju ke Final Lawan Uzbekistan