DENPASAR, MENITINI.COM – Harga babi di Bali mengalami lonjakan signifikan menjelang hari raya Natal dan akhir tahun 2024, tembus Rp100 ribu per kg.
Peningkatan ini tidak hanya dipicu permintaan yang tinggi dari konsumen di Bali, tetapi juga meningkatnya permintaan pengiriman ke luar pulau yang membuat pasokan celeng di Bali jadi langka.
Menurut Made Sukarya, pelaku pengiriman babi, mengungkapkan permintaan celeng ke luar pulau terus meningkat.
“Permintaan celeng ke luar pulau Bali terus meningkat, terutama menjelang akhir tahun,” katanya di Denpasar, Kamis (5/12). Â
Permintaan yang tinggi ini disebabkan kebutuhan daging celeng yang besar, baik untuk konsumsi domestik maupun untuk memenuhi permintaan dari luar pulau Bali.
Hal senada diungkapkan Made Weda Wiguna, salah satu peternak celeng organik di Bali. Ia juga menyatakan harga celeng organik kini sangat tinggi, bahkan permintaan tidak bisa dipenuhi.
“Permintaan celeng organik sangat tinggi sampai-sampai kami tidak bisa memenuhi semua permintaan,” ujarnya.
Menurut Weda yang akrab disapa Jagir ini, celeng di Bali ciri khas tersendiri, karena kualitas lebih baik, terutama bagi konsumen yang peduli akan produk-produk organik dan sehat. Â
Beberapa faktor menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga ini antara lain permintaan yang tinggi dari konsumen, keterbatasan pasokan akibat jumlah peternak yang tidak mampu memenuhi permintaan dalam jumlah besar, serta kualitas produk celeng Bali yang dikenal lebih baik. Â
Kondisi ini memberikan dampak positif  bagi peternak yang dapat meningkatkan pendapatan mereka, namun juga menantang mereka untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Untuk mengatasi lonjakan permintaan ini, para peternak dan pelaku usaha di Bali perlu meningkatkan produksi, memperbaiki sistem pemeliharaan, dan menjaga kualitas produk mereka.
Dengan strategi yang tepat, diharapkan keseimbangan pasar dapat tercapai dan kesejahteraan masyarakat lokal dapat meningkat.
“Kami sebagai peternak harus mencari cara untuk meningkatkan produksi tanpa mengorbankan kualitas, sehingga harga tetap kompetitif,” tambah Weda.
Sementara itu, para konsumen juga dihadapkan pada kenaikan harga yang mempengaruhi daya beli mereka.
Permintaan yang meningkat ini menunjukkan bahwa daging celeng Bali memiliki nilai tambah yang tinggi di mata konsumen, baik lokal maupun dari luar pulau.
Dengan adanya peningkatan permintaan dan harga yang melonjak, para peternak dan pelaku usaha di Bali diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan pasar secara berkelanjutan.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan pasokan daging celeng di Bali juga harus didukung oleh kebijakan yang tepat dari pemerintah daerah.
Pengaturan dan regulasi yang mendukung sektor peternakan serta pemberian insentif bagi peternak dapat membantu meningkatkan produksi dan memastikan pasokan daging celeng yang stabil.
Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara permintaan dan pasokan, sehingga harga daging celeng lebih terkendali dan terjangkau bagi masyarakat.
Dengan kelangkaan yang ada saat ini, para pelaku usaha di sektor peternakan di Bali harus berinovasi dan mencari solusi terbaik untuk menjaga keberlanjutan produksi serta memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. M-003
- Editor: Daton