DENPASAR, MENITINI.COM – Kehadiran air dalam kemasan memudahkan kita sehari-hari. Selain itu, kemasan plastik cukup fleksibel dan efisien untuk dibawa kemana-mana. Namun pernahkah Anda melihat ada cap kedaluwarsa dalam air kemasan? Apakah botol kemasan atau airnya yang kedaluwarsa? Simak beberapa faktanya!
Tanggal Kedaluwarsa Air Kemasan
Air kemasan memang memiliki tanggal kedaluwarsa. Namun bukan berarti air dapat rusak. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, memang tidak mengatur secara hukum untuk mencantumkan tanggal kedaluwarsa pada kemasan. Tanggal ini menandakan estimasi kerusakan struktur plastik. Kemasan plastik dapat mulai larut ke dalam air kemasan dari waktu ke waktu dan jumlahnya makin banyak seiring waktu. Maka dari itu, idealnya tanggal tercantum adalah 2 tahun sejak tanggal pembuatan, yang merupakan titik aman. Mencari tahu bagaimana tetap terhidrasi tiap harinya adalah sangat penting untuk kesehatan Anda. Membiasakan diri memulai hari dengan mengkonsumsi air dapat mencegah dehidrasi hingga membawa nutrisi dan oksigen lebih maksimal ke seluruh tubuh Anda.
Jadi, apa yang harus Anda gunakan untuk menghidrasi? Apakah air dalam kemasan atau menggunakan kemasan botol isi ulang?
Penggunaan botol kemasan isi ulang merupakan solusi yang mudah dan cepat untuk minum air serta lebih aman. Bahan pembuat plastik kemasan isi ulang lebih sulit larut bersama dengan air jika terkena paparan cuaca. Selain itu, kemasan isi ulang dapat menghemat pengeluaran sambil turut serta dalam pelestarian lingkungan.
Apakah Botol Air Bisa Kedaluwarsa?
Meskipun FDA telah memutuskan bahwa tidak ada batasan umur simpan air minum kemasan, Anda mungkin sering melihat tanggal kedaluwarsa pada botol. Tapi, apakah itu berarti air bisa rusak? Antara ya dan tidak. FDA memaparkan bahwa airnya sendiri tidak rusak, tetapi setelah beberapa saat, bahan kimia dari botol plastik mungkin mulai bocor ke dalam air dan bahkan memengaruhi rasa atau baunya. Tentupernah ya, Anda menemukan air yang memiliki rasa seperti plastik atau berbau tajam.
Menurut Asosiasi Air Dalam Kemasan Internasional (IBWA), beberapa perusahaan masih menempatkan kode lot berbasis tanggal pada botol air untuk membantu mengelola rotasi stok. Umumnya perusahaan air minum kemasan menerapkan rotasi di titik distribusi dan ritel. Kode lot ini juga berguna dalam mendeteksi kontaminasi, penarikan produk, dan kesalahan pembotolan. Bagi pelanggan, ternyata kode untuk mengontrol penggunaan mana yang lebih dahulu.
Kemasan Sekali Pakai vs Isi Ulang
Saat ini sudah banyak isu terkait kemasan sekali pakai. Apakah itu terkait isu kesehatan maupun isu lingkungan. Nah, apakah Anda mulai berpikir menukar botol air sekali pakai Anda dengan botol isi ulang? Selain menghemat uang Anda dalam jangka panjang, menggunakan botol isi ulang dapat berkontribusi untuk pelestarian lingkungan lho! Menurut salah satu organisasi konservasi air, pusat pembuangan sampah AS saat ini penuh dengan 2 juta ton botol air sekali pakai. Sayangnya, walau dengan manajemen daur ulang maksimal, hanya 1 dari 5 botol yang dapat didaur ulang.
Kekhawatiran lain adalah bahwa menyimpan air kemasan untuk waktu yang lama dalam beberapa kasus dapat menimbulkan potensi resiko kesehatan. Banyak botol air yang masih mengandung bahan kimia BPA, yang merupakan singkatan dari bisphenol-A. Meskipun masih banyak perdebatan, BPA dapat mengganggu hormon tubuh terutama terkait endokrin dan reproduksi. Hal ini tidak bisa membuat FDA sepenuhnya melarang BPA. Pada tingkat rendah, BPA masih dapat dipergunakan kecuali untuk kemasan susu formula, botol dan dot bayi.
Meskipun botol air plastik digambarkan sebagai sekali pakai, banyak dari kita masih mengisinya kembali. Alasan praktis tentunya. Botol-botol ini dapat membocorkan bahan kimia bila digunakan berulang kali atau jika dibiarkan di bawah sinar matahari. Panas membantu memecah ikatan kimia dalam plastik, dan bahan kimia tersebut dapat berpindah ke dalam air. Jumlah pastinya tidak kita ketahui, namun seiring waktu dapat terakumulasi dalam tubuh. Satu analisis oleh Universitas Negeri New York di Fredonia menemukan bahwa lebih dari 90% air minum kemasan populer mengandung cemaran mikroplastik.
Berbagai penelitian dan World Health Organization (WHO) telah menerbitkan laporan yang meneliti dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Masih banyak yang perlu dipelajari mengenai dampak cemaran mikroplastik terhadap tubuh manusia. Penggunaan kemasan isi ulang menjadi salah satu cara terbaik meminimalkan dampak cemaran mikroplastik. Selain itu, pilihlah kemasan isi ulang yang berbahan bebas plastik atau stainless steel. Jika terpaksa menggunakan air kemasan, simpanlah di tempat yang sejuk, jauh dari sinar matahari langsung, bahan kimia dan pelarut rumah tangga untuk memastikan kualitasnya. (M-010)