DENPASAR, MENITINI.COM– Pengusaha dan Pengrajin Kain Tenun, I Gusti Made Arsawan berharap masyarakat Bali mampu menjawab potensi produksi tekstil asli Bali. Produk kain duplikat yang produksi massal saat ini membuat daya saing tektil Bali melemah. Dengan kembali membangkitkan produksi tenun dan tekstil Bali seiring peningkatan kualitas kepariwisataan, diharapkan produk ini menciptakan peluang pasar yang baik. “SDM (penenun, red) kita sekarang sedikit utamanya dengan teknokogi produksi tradisional. Makanya datang produk dari luar mengcover kebutuhan tektil Bali,” katanya di Denpasar, Selasa (10/12).
Tim Dekranasda Provinsi Bali ini menjelaskan, Bali memiliki beberapa jenis kain yang mampu diserap di dunia pariwisata atau kebutuhan upacara masyarakat Bali sendiri. Produksi kain berkualitas asli buatan penenun Bali seperti kain gringsing, cepuk dan bebali. Produk ini semakin terpinggirkan karena faktor pendukungnya juga berkurang. Kondisi ini juga didukung masyarakat Bali yang lebih memilih menjadi pedagang karena hasil produksi yang dihasilkan sendiri kalah saing dengan produk massal (buatan mesin, red) dari luar yang harganya jauh lebih murah namun dengan kualitas kurang bagus.
Menjawab terbukanya peluang produksi tekstil ini, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si mengatakan siap memfasilitasi penenun Bali dari sisi ketersediaan bahan baku. Untuk produksi benang dari ulat sutra akan dikondisikan dengan pemanfaatan tanah milik Pemprov Bali seluas satu hektar di Desa Luwus, Tabanan.
Sementara untuk kebutuhan kapas untuk dijadikan benang sudah bisa dipenuhi dari hasil produksi di Kabupaten Buleleng dan Karangasem. “Rencana sudah kita jajaki untuk menanam 200 pohon murbei di aset lahan Pemprov Bali yang ada di Luwus. Karena tanaman murbai sebagai makanan ulat sutra cocoknya diketinggian 500 meter diatas permukaan air laut,”ujarnya.
Selanjutnya Wisnuardhana menjelaskan akan terus berkordinasi dengan pelaku usaha terkait kebutuhan bahan baku sehingga bisa dikembangkan terus bersama petani. Untuk penyediaan pohon murbei akan diutamakan jenis pohon yang tidak berbuah karena sangat disukai ulat sutra.
Penjajakan bibit juga dilakukan berkoordinasi dengan UPT Perhutanan sehingga benar-benar didapatkan bibit pohon murbei berkualitas kendati harus didatangkan dari luar Bali. Sementara untuk produksi benang bila dirasa masih kurang akan dikembangkan penanaman pohon kapas hingga ke Pulau Nusa Penida. “Kalau ada potensi disana akan kita kembangkan karena tanaman kapas sangat cocok di dataran kering. Ini bagian dari tugas kami untuk menyiapkan bahan baku untuk pengembangan tektil baik sutra alam Bali maupun kain tekstil dari kapas produksi Bali,” jelasnya.poll