JAKARTA,MENITINI.COM-Gerhana matahari hibrida yang terjadi pada Kamis (20/4/2023) ini, akan memberi tampilan berbeda antara wilayah timur dan barat di Indonesia. Gerhana hibrida akan terlihat sebagai gerhana matahari total (GMT) di beberapa wilayah timur Indonesia, dan gerhana matahari sebagian di beberapa daerah Sumatera, kecuali Aceh, dan Jawa.
Melansir CNNIndonesia.com, ada cara aman untuk memantaunya. Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Johan Muhammad mengingatkan warga untuk tidak melihat fenomena ini dengan mata telanjang. Obervatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) juga memperingatkan agar jangan pernah menatap secara langsung ke arah Matahari dengan kondisi mata telanjang.
Berikut cara aman memantau gerhana matahari:
1. Kacamata anti-gerhana
Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Johan Muhammad menganjurkan penggunaan kacamata anti-gerhana hingga kamera pinhole (lubang jarum). “Kita bisa mengamati gerhana matahari dengan aman yaitu menggunakan teleskop yang dilengkapi filter Matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter Matahari dan melalui kamera pinhole (lubang jarum),” kata John dikutip dari situs BRIN.
“Ingat kita tidak boleh melihat Matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus Matahari,” cetus Johan.
Bosscha menambahkan kacamata ini punya penyaring khusus cahaya Matahari.
“Kacamata matahari menggunakan lapisan penapis (filter) khusus yang pada dasarnya akan menyaring lebih dari 99,99% cahaya tampak matahari termasuk radiasi inframerah (IR) dan ultraviolet (UV) yang berbahaya sehingga aman untuk digunakan,” demikian keterangan di situsnya.
2. Kacamata hitam dan rontgen tak aman
Bosscha mengingatkan untuk tak menggunakan kacamata hitam atau hasil foto rontgen untuk melihat gerhana, mitos lama yang masih hidup. “Banyak yang masih berpikir menggunakan kacamata hitam atau lembar film rontgen/sinar-X yang telah diekspos, cukup aman digunakan untuk melihat Matahari, tetapi hal itu tidaklah benar,” menurut Bosscha.
Pasalnya, 1 persen permukaan Matahari yang masih bersinar memiliki intensitas 10 ribu kali lebih terang daripada bulan purnama, “cukup untuk mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada jaringan halus di mata.” Bosscha juga mengungkap benda-benda lainnya yang tak aman untuk memantau gerhana namun telanjur jadi mitos adalah kertas film dan piringan disket.
3. Sela dedaunan
Bosscha menyarankan pemburu gerhana untuk menggunakan teknik memantau bayangan atau proyeksi. Salah satunya lewat bayangan pepohonan. Caranya, arahkan pandangan ke lantai yang sebelumnya telah difilter secara alami oleh dedaunan.
“Ruang di antara dedaunan pada sebuah pohon merupakan lubang yang alami dan dapat digunakan untuk memproyeksi bayangan Matahari di permukaan tanah atau lantai.”
4. Saringan
Observatorium di Lembang itu juga memberi tips untuk menikmati gerhana melalui saringan atau biskuit.
Caranya, letakkan selembar kertas putih di atas saringan (kira-kira 30 cm). Bayangan Matahari akan terlihat di kertas yang sebelumnya sudah difilter oleh saringan.
“Lubang pada saringan akan berfungsi layaknya lubang-lubang kecil seukuran jarum yang dapat memproyeksikan cahaya matahari,” kata Bosscha.
Cara yang sama bisa dilakukan pada biskuit yang dilubangi.
5. Teknik lubang jarum
Metode ini dilakukan dengan melubangi kertas, karton, atau lembar alumunium. Bayangan Matahari akan terfilter melalui celah lubang tadi.
Caranya, buatlah lubang kecil dengan menggunakan jarum. Lubang dapat dibuat satu titik atau beberapa titik sehingga membentuk kata tertentu
Teknik lubang jarum juga dapat diterapkan juga pada kotak sepatu atau kotak kardus bekas agar bayangan dapat terlihat lebih jelas
6. Teleskop berfilter
Teleskop atau binokuler menggunakan lensa atau cermin yang berfungsi mengumpulkan cahaya dari objek untuk kemudian difokuskan pada area yang sangat kecil.
Objek langit seperti bintang dan nebula adalah sumber cahaya yang sangat redup dilihat dari Bumi, beda halnya dengan Matahari.
“Jangan pernah mengarahkan teleskop atau binokuler untuk digunakan langsung mengamati Matahari,” cetus Bosscha.
Teleskop dan binokuler baru bisa digunakan untuk memantau gerhana matahari dengan mengaplikasikan teknik proyeksi alias bayangan.
Bosscha memberi pengecualian pada teleskop yang dilengkapi filter Matahari, selama bukan filter dari kacamata.
“Jangan menggunakan bahan filter pada kacamata matahari untuk digunakan pada teleskop karena penggunaan pada teleskop dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan pemanasan berlebih dan menimbulkan keretakan pada kertas filter.”
“Bila muncul retak atau lubang, cahaya matahari akan tembus langsung dan difokuskan ke mata kita. Selalu pastikan filter yang digunakan sesuai peruntukannya,” tandas Bosccha. (M-003)
Sumber: CNNIndonesia.com