Sabtu, 23 November, 2024

Cerita Murid SMPN Satap Lengko Munda Bertaruh Nyawa, Sebrangi Sungai Ikut Ujian Digital

M/IST : Sejumlah murid SMPN Satap Lengko Munda menyeberangi Sungai Wae Mokel Minggu, (14/3/2021).

DENPASAR, MENITINI.COM Ambrosius Joinarto Robet (15) bangun pagi-pagi buta pada Minggu,14 Maret 2021. Ia lalu mengemas pakaian seragam, dan beberapa potong pakaian ganti, handphone dan sejumlah perlengkapan lainnya.

Setelah semuanya dikemas, ia bergegas menuju tonggak air yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya. Di sana sudah beberapa temannya  yang sedang mandi.

Usai mandi, Joi – sapaannya segera sarapan dan bersiap-siap berangkat ke Rana Mbeling. Joi dan 23 rekannya merupakan siswa-siswi kelas IX SMPN Satap Lengko Munda.

Pagi itu mereka melakukan perjalanan menuju wilayah yang memiliki koneksi jaringan internet untuk mengikuti ujian try out berbasis digital pada keesokan harinya.

Para siswa dan guru sekolah yang terletak di Munda, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur itu berangkat lebih awal karena sebagian perjalanan menuju Rana Mbeling, ibu kota Kecamatan Kota Komba Utara, harus mereka tempuh dengan berjalan kaki.

Akses jalan raya masih sulit. Di musim hujan seperti saat ini, jalan kabupaten yang menghubungkan Munda-Mbata tidak bisa dilintasi kendaraan bermotor.

Kondisi jalan yang masih jalan bebatuan dan tanah licin juga becek. Apalagi, di ruas jalan itu terdapat sungai Wae Mokel yang belum ada jembatan.

Para siswa dan guru pembina berjalan menuju lokasi koneksi internet

Sekitar pukul 08.00 WITA, siswa-siswi kelas IX dan sejumlah guru SMPN Satap Lengko Munda, bergerak meninggalkan sekolah dan kampung mereka.

Mereka  berjalan kaki menyusuri lembah dan bukit, menyeberangi sungai Wae Mokel. “Kami diantar oleh orangtua masing-masing agar bisa menyeberangi sungai Wae Mokel,” katw Joi seperti dikutip Floresa.co.

Para siswa dan guru berjalan kaki sepanjang lima kilometer sampai di Mbata. Dari Mbata, mereka menumpang ojek menuju Rana Mbeling. “Kami tiba di Rana Mbeling sekitar jam dua siang,” tutur Ignasius Ragu, salah satu guru yang mendampingi siswa-siswi sekolah itu.

Menurut Ignasius, waktu perjalanan mereka banyak tersita saat menyeberangi Wae Mokel. Arus sungai yang deras membuat proses penyebrangan lama. “Kalau tidak hati-hati saat menyeberang, (kami) bisa hanyut terseret air. Arus sungai Wae Mokel sangat deras di musim hujan,” ceritanya.

“Padahal, dari Munda ke Mbata itu hanya sekitar 5 kilometer. Kalau ada jembatan di Wae Mokel, perjalanan hanya ditempuh paling lambat satu jam kalau jalan kaki,” tambahnya.

Ignasius mengatakan, pihak sekolah memilih Rana Mbeling sebagai tempat pelaksanaan ujian karena di wilayah itu koneksi internet sangat kuat. Para murid melaksanakan ujian di rumah kepala sekolah mereka. “Ujian try out berbasis digital ini sesuai arahan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur,” ujarnya

Menurutnya, pihak sekolah tidak bisa menolak keputusan tersebut. “Kebijakan dinas kami harus taati dan untuk semua sekolah SMP di Manggarai Timur melaksanakan ujian try out berbasis digital,” ujarnya.

Ia menuturkan, dalam pelaksanaan ujian itu, semua perangkat elektronik, seperti tab disiapka dari sekolah. Ujian dilaksanakan selama dua hari, hingga Selasa, 16 Mare 2021

Ujian Digital Sesuai Edaran Kemendikbud

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur, Basilius Teto, mengatakan, pihaknya mewajibkan semua SMP di kabupaten itu untuk melaksanakan ujian try out dengan sistem digital sesuai surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Kita harus mulai. Ini uji coba untuk persiapan Ujian Sekolah Berbasis Digital (USBD) bagi siswa kelas IX yang akan dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 19 April mendatang,” katanya saat dikonfirmasi.

Teto mengapresiasi perjuangan guru dan siswa-siswi SMPN Satap Lengko Munda yang rela berjalan kaki dan menyeberangi sungai berarus deras demi melaksanakan ujian try out berbasis digital tersebut. “Luar biasa. Sekolah ini harus segera dipasang Wifi. Kita akan segera usulkan ke Infokom,” tuturnya.

Menurut Teto, kesulitan akses jaringan internet di sekolah-sekolah di Manggarai Timur harus menjadi perhatian pemerintah. “Pelan-pelan kita benahi. Kita harus mulai,”katanya

Ia mengaku bangga karena ujian try out berbasis digital pada hari pertama di seluruh SMP di Manggarai Timur hampir 90 persen berhasil.

Padahal banyak sekolah yang kesulitan jaringan internet, tetapi mereka berusaha untuk melaksanakan ujian digital dengan mencari tempat yang ada sinyal internet,” pungkasnya.

Bupati Agas Pernah Janji Bangun Jembatan

Bupati Manggarai Timur, Andreas Agas pernah berjanji untuk membangun jembatan di sungai Wae Mokel di ruas jalan Mbata-Munda-Lete.

“Catat. Saya bicara di depan ketua DPRD dan Pak Sekda, jembatan Wae Mokel di Munda akan kami bangun tahun depan,” kata bupati Agas di hadapan ratusan masyarakat saat peresmian Gedung Puskesmas Wae Lengga pada 28 Maret 2019.

Menurut Bupati Agas kala itu, Gunung Baru merupakan desa yang masih terbelakang dari aspek pembangunan infrastruktur jalan, sehingga ia dan Wakil Bupati, Stefanus Jaghur akan memperhatikan jalan ke desa tersebut pada dua tahun pertama kepemimpinan mereka. Pada 2020, pembangunan jembatan Wae Mokel tersebut dibatalkan karena Covid-19.

Sesuai penelusuran wartawan pada laman LPSE paket pengerjaan jembatan itu belum tercantum sebagai salah satu daftar paket proyek infrastruktur yang akan dikerjakan tahun 2021. “Kami masih menunggu janji Pak Bupati untuk bangun jembatan di Wae Mokel,” tutur Vinsensius Joman, salah satu warga Dusun Munda, Desa Gunung Baru.poll