Sabtu, 23 November, 2024

Gerakan Wisata Bersih Kemenpar, Edukasi Pengelolaan Sampah Efektif di Destinasi Pariwisata Menuju Desa Adat Bersih dan Sehat

Penyerahan rompi Gerakan wisa bersi kepada pengelolah TPS3R Palak oleh Wamen Kemenpar Ni Luh Puspa. (Foto: M-003)

BESAKIH,MENITINI.COM – Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan GoTo Impact Foundation (Project Catalyst Changemakers Ecosystem) melalui Konsorsium Sukla Project menggelar Gerakan Wisata Bersih di kawasan religius Besakih, Kamis 21 November 20204.  


Kegiatan ini dihadiri 80 peserta terdiri dari kader bank sampah potensial di Desa Adat Besakih & Desa Adat Menanga.


Selain pemaparan materi dari para pelaku daur ulang sampah juga ada pelatihan bagi peserta bagaimana memilah dan daur ulang.  


Acara Road to Gerakan Wisata Bersih mengusung tema Edukasi Pengelolaan Sampah yang Efektif di Destinasi Pariwisata Menuju Desa Adat Bersih dan Sehat.


Konsorsium Sukla Project merupakan kolaborasi Bali Waste Cycle, Rebricks, dan Wastehub®, sebagai langkah inisiatif mengajak masyarakat Desa Adat Besakih dan Menanga menciptakan desa yang bersih dan sehat melalui pengelolaan sampah terpadu dalam menjaga lingkungan Bali sehingga membuat ekonomi sirkular hijau menjadi nyata.


Wakil Menteri Pariwisata RI, Ni Luh Puspa, mengapresiasi Sukla Project karena sejalan dengan agenda nasional desa adat bersih dan sehat.


“Dari proyek kolaborasi ini, kami melihat Indonesia membutuhkan lebih banyak inisiatif seperti ini agar kita bersama-sama bisa memajukan bangsa. Semoga kolaborasi lintas sektor yang benar-benar melibatkan dapat menjadi contoh bagi desa adat lainnya di Indonesia,” kata Ni Luh Puspa.


Selain itu kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran pemilahan sampah dan dampaknya bagi kader bank sampah dan masyarakat, serta meningkatkan keterampilan membuat produk ramah lingkungan yang mendukung operasional TPS3R.


Sementara, Perwakilan Sukla Project,  Olivia Anastasia Padang mengatakan, pengolahan sampah di TPS3R Palak telah meningkat dan mengurangi kebocoran sampah ke lingkungan.


Sampah diolah menjadi RDF, produk ramah lingkungan, dan kompos. “Kami juga telah menjalankan edukasi kepada 2.281 keluarga,”ujarnya.


Namun Olive menjelaskan pihaknya masih menemukan tantangan dalam mengajak masyarakat lebih aktif terlibat, karena solusi ini harus menjadi milik bersama.


“Selain tantangan, juga ada peluang baru dengan dukungan Kemenpar RI untuk mendorong kesadaran masyarakat agar terlibat lebih aktif. Untuk menyelesaikan masalah bersama, inovasi perlu datang dari masyarakat dan dijalankan oleh masyarakat, bukan hanya oleh kami sebagai penggagas proyek maupun pemerintah,” kata Olive.


Proyek ini juga mulai memperluas jangkauan ke Desa Menanga, yang dihuni oleh lebih dari 7.000 warga namun belum memiliki pengelolaan sampah yang optimal.  


Sukla Project hasil kolaborasi Bali Waste Cycle, Rebricks, dimulai pada November 2023 diawali dengan Nota Kesepahaman kerjasama antara Kementerian Pariwisata dengan GoTo Impact Foundation melalui Program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 2.0.


Program tersebut merupakan upaya akselerasi pembangunan yang tangguh menghadapi perubahan iklim dengan cara memobilisasi agen-agen perubahan, pendanaan, pengetahuan dan keahlian untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia. Melalui program
Sukla Project ini menggandeng BUMDesa Dharma Artha Basuki Desa Besakih, berpusat di TPS3R Palak untuk menangani masalah sampah melalui penerapan ekonomi sirkular. Pendekatan yang digunakan meliputi pengumpulan sampah.


Selain dihadiri siswa sekolah menengah, peserta juga dari tokoh masyarakat desa (kelian banjar); masyarakat umum perwakilan banjar, serta mahasiswa magang di Desa Besakih. M-003

  • Editor: Daton