Kamis, 4 Juli, 2024

Rektor Bali Dwipa University, Dr.Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc

DENPASAR, MENITINI.COM – Demi memuliakan alam, manusia, dan kebudayaan Bali ke depan, siapa pun yang menjadi pemimpin  di Bali, baik eksekutif maupun legislatif, dengan kesadaran penuh, disiplin, dan tanggung jawab memiliki kewajiban melaksanakan haluan pembangunan Bali masa depan, 100 tahun Bali Era Baru. 

Gagasan yang telah diwacanakan Wayan Koster sebagai gubenur Bali, menjadi catatan menarik bagi Rektor Bali Dwipa University, Dr.Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc

“Gagasan ini menunjukkan komitmen tinggi, keseriusan, dan tanggung jawab Bapak Wayan Koster untuk membangun masa depan Bali yang lebih baik bagi generasi mendatang. Manusia, dan kebudayaan Bali yang didedikasikan untuk memuliakan generasi mendatang dalam memasuki kehidupan modern dengan tetap berpijak kokoh pada adat-istiadat, tradisi, seni-budaya, dan kearifan lokal Bali,” kata Dr. Ir. Ketut Suriasih, seperti dikutip dari Pos Bali, Senin (20/05/2024). 

Menurut Suriasih dengan konsep yang sudah diwacanakan mantan gubernur Bali ini menunjukkan Wayan Koster mempunyai  kepercayaan diri yang tinggi dan  kemampuan berkomunikasi yang baik dan mengambil keputusan yang tepat. 

BACA JUGA:  Puluhan Bendera Ormas Terpasang di Kantor Kesbangpol Bali, Begini Kata Gubernur

“Selain itu, bapak Wayan Koster punya keberanian dalam mengambil risiko, pemimpin yang visioner, kemampuan memotivasi dan memimpin tim. Juga punya kemampuan mengembangkan strategi serta  kemampuan menyelesaikan konflik, dan kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal yang baik,” bebernya. 

Ia menambahkan, seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain. 

“Ini berarti Pak Koster memiliki keterampilan untuk mengatur waktu, menetapkan prioritas, mengambil tanggung jawab, dan mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan untuk memimpin diri sendiri akan membantu individu untuk lebih produktif, lebih percaya diri, dan lebih disiplin dalam menjalankan tugas-tugasnya,” ujarnya. 

Dalam dunia yang terus berubah, lanjutnya, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan menjadi makin penting. Seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.

BACA JUGA:  Aksi Mahasiswa Terkait Sebut Tidak Ada Jaminan di Kampus Unpatti Ambon, Dibantah Rektor 

Termasuk mengidentifikasi peluang baru, dan menyelesaikan tantangan yang muncul. Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan efektif dapat membantu individu untuk terus berkembang dan maju di masa depan.

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki visi dan tujuan yang jelas untuk dirinya sendiri dan juga untuk organisasi atau tim.

“Selain memiliki visi dan tujuan yang jelas, beliau juga sebagai gubenur yang humble atau sederhana.  Humble leadership adalah pendekatan kepemimpinan yang menekankan pada sikap rendah hati, kerendahan diri, dan kemampuan untuk mendengarkan dan belajar dari orang lain,” sebutnya

Pemimpin yang menerapkan konsep ini tidak hanya fokus pada kepentingan diri sendiri, tetapi juga menghargai kontribusi dan perspektif orang lain dalam tim atau organisasi.

Selain itu, humble leadership juga melibatkan komitmen untuk melayani orang lain, memposisikan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi, dan fokus pada keberhasilan kolektif.

BACA JUGA:  Puluhan Bendera Ormas Terpasang di Kantor Kesbangpol Bali, Begini Kata Gubernur

Pemimpin yang rendah hati memiliki kesadaran diri yang tinggi dan mampu memanfaatkan keahlian dan kekuatan anggota tim untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan demikian, humble leadership merupakan pendekatan yang efektif dalam memotivasi, menginspirasi, dan memimpin tim menuju kesuksesan bersama.

Menurut Owens and Hekman dalam American Psychology Association mengatakan humble leadership memiliki makna leading from the ground atau menggerakan dari bawah. 

Pasalnya, gaya kepemimpinan ini dapat mendorong tim menjadi lebih mandiri dan independen.

Menurut Suriasih, keterampilan tersebut ditandai dari tiga hal. Antara lain, pertama, keinginan melihat diri sendiri. Contoh, menerima batas kemampuan dalam dirinya atau mengakui kesalahan yang dilakukan. 

Kedua, keterbukaan dalam menerima umpan balik (feedback), bahkan kritikan. 

Ketiga, mengapresiasi segala bentuk kontribusi dan pencapaian anggota tim/orang lain.  

Di samping itu, pemimpin yang rendah hati juga merepresentasikan banyak hal yang positif.(*)

  • Editor: Daton