Kamis, 4 Juli, 2024

Para pejabat kedua negara sedang ground breaking. (Foto: M-009)

DENPASAR, MENITINI.COM-Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Republik Indonesia (RI) bersama dengan Pemerintahan Unit Emirat Arab melalui Kementrian Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) menggelar peletakan batu pertama (ground breaking) untuk pembangunan International Mangrove Research Center (IMRC) atau Pusat Penelitian Mangrove Dunia yang  berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Minggu sore (19/5/2024). Acara ini diadakan bertepatan dengan momentum World Water Forum ke-10 yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 18-25 Mei 2024. 

IMRC merupakan kesepakatan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan UEA, setelah Indonesia ditunjuk sebagai Ketua Aliansi Mangrove untuk Iklim (Mangrove Alliance for Climate). Inisiatif yang dilakukan kedua negara ini mempunyai misi untuk memulihkan dan melindungi 15 juta hektar bakau di kawasan global hingga tahun 2030, serta meningkatkan penelitian dan inovasi, juga mendorong pertukaran ilmu pengetahuan mengenai kawasan bakau dan komunitas global. Ground breaking ini dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Republik Indonesia (RI), Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA), Amna bint Abdullah Al Dahak pada peletakan batu pertama untuk pembangunan International Mangrove Research Center (IMRC). 

BACA JUGA:  Dituding Merusak Lingkungan, Masyarakat Gili Indah Demo Tolak PT TCN Masuk Gili Meno

Menurut Luhut, ground breaking dilakukan bersamaan dengan WWF di Nusa Dua Bali. Ground breaking ini menandai dimulainya pembangunan IMRC. Ia menegaskan, pembangunan secara fisik yang lengkap akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Pemerintah UEA yang akan berinvestasi dalam IMRC sementara para ahli dan peneliti akan berasal dari banyak negara di dunia. “Pembangunan gedung fisik akan segera dimulai. Minimal tahun depan dimulai dengan banyak tenaga kerja lokal,” ujarnya. 

Direktur Utama Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali Tuti Hadipilutranto mengatakan, pihaknya bersama pemerintah pusat dan daerah sangat mendukung inisiatif dunia internasional dalam membangun IMRC di BBali “KEK Kura Kura Bali mendukung inisiatif restorasi dan konservasi bakau di Indonesia yang tertuang dalam kerjasama antara pemerintah Indonesia dan UAE melalui Pembangunan International Mangrove Research Center (IMRC). Hal ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan kami terhadap lingkungan dan memperkuat inisiatif hijau yang kami lakukan selama ini melalui konservasi bakau  dan konservasi lingkungan lainnya, ” ujar Tuti Hadiputranto. 

BACA JUGA:  Melestarikan Cagar Budaya dan Mendorong Pertumbuhan, dari Geopark hingga Pasar Ikan Global

IMRC akan dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar yang terdiri dari berbagai fungsi, khususnya penelitian. Berdasarkan arahan dan peraturan pemerintah, arsitektur pembangunan ini akan mengedepankan faktor alam, serta keberlanjutan, desain hijau dan juga unsur budaya Bali. Komitmen keberlanjutan KEK Kura Kura Bali tidak hanya dijalankan melalui inisiatif konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar namun juga dituangkan dengan keberadaan United in Diversity Bali Campus (UID) yang merupakan pusat pendidikan, penelitian, inovasi dan konservasi lingkungan kelas dunia.

‘Sejalan dengan salah satu misi UID Campus yang menekankan semangat kolaborasi, Kura Kura Bali tidak hanya senantiasa mendukung berbagai inisiatif dalam bidang penelitian dan inovasi, namun juga pemberdayaan komunitas lokal dengan menyediakan program di bidang pendidikan dan kebudayaan untuk komunitas di Desa Serangan,” tutup Tuti. M-007

  • Editor: PIY
BACA JUGA:  Hidup Bermartabat Masyarakat Adat di Tanah dan Hutan Adatnya