JAKARTA, Militer Israel pada Rabu (20/3) mengumumkan telah melancarkan “operasi darat yang ditargetkan” di Gaza. Serangan ini dilakukan setelah sehari sebelumnya Israel menggempur wilayah tersebut dengan serangan udara, yang secara efektif mengakhiri gencatan senjata dua bulan dengan Hamas.
Dilansir CNN, Militer Israel, Israel Defense Forces (IDF), menyatakan bahwa pasukannya “memulai aktivitas darat yang ditargetkan di wilayah tengah dan selatan Gaza untuk memperluas zona keamanan dan menciptakan buffer parsial antara Gaza utara dan selatan.” IDF juga mengklaim telah memperluas kontrol mereka di Koridor Netzarim, sebuah jalur strategis yang sebelumnya ditinggalkan Israel dalam kesepakatan gencatan senjata pada Januari lalu.
Di sisi lain, Hamas mengecam langkah Israel sebagai “pelanggaran baru dan berbahaya” terhadap perjanjian gencatan senjata yang telah mereka tandatangani. Hamas juga menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai pihak yang secara sepihak merusak perjanjian tersebut dan membahayakan sandera yang masih berada di Gaza.
Korban Jiwa Bertambah, Gaza Terancam Kelaparan
Serangan Israel pada Rabu menyebabkan sedikitnya 70 orang tewas di Gaza, menurut juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal. Korban terbanyak tercatat di Gaza utara dan tengah sebanyak 50 orang, sementara 20 lainnya tewas di Rafah dan Khan Younis.
Di Beit Lahia, sebuah serangan Israel menghantam rumah duka dan menewaskan 24 orang. Sementara itu, di lingkungan Al-Sabra, Gaza City, sebanyak 21 orang, termasuk enam anak-anak, dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel.
Basal juga memperingatkan bahwa Gaza kini berada di ambang kelaparan akibat blokade bantuan kemanusiaan Israel yang telah berlangsung hampir tiga pekan. “Kami berada di ambang kelaparan yang mengancam penduduk Jalur Gaza,” ujarnya.
Pekerja Kemanusiaan PBB Tewas
PBB melaporkan bahwa seorang pekerja kemanusiaan internasional mereka tewas akibat ledakan di penginapan PBB di Gaza tengah, sementara lima lainnya mengalami luka-luka. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menuding serangan tersebut dilakukan oleh militer Israel, meskipun IDF membantah telah melakukan serangan udara di sekitar lokasi tersebut.
Dalam pernyataannya, Jorge Moreira da Silva, kepala UN Office for Project Services (UNOPS), menyebut lokasi penginapan tersebut sudah diketahui oleh IDF dan berada di area terpencil tanpa bangunan lain di sekitarnya. “Ini tidak bisa disebut sebagai kecelakaan. Serangan terhadap fasilitas kemanusiaan adalah pelanggaran hukum internasional,” tegasnya.
Rekaman video dari CNN di lokasi kejadian menunjukkan adanya lubang besar di sisi gedung. Seorang analis persenjataan dari Armament Research Services (ARES) mengidentifikasi pecahan proyektil sebagai amunisi tank Israel berjenis M339.
Protes Pecah di Israel
Di tengah meningkatnya ketegangan, ribuan demonstran berunjuk rasa di depan parlemen Israel, Knesset, di Yerusalem. Para pengunjuk rasa menuduh Netanyahu menggunakan perang sebagai alat untuk mempertahankan koalisinya yang rapuh. Bentrokan pun pecah antara polisi dan demonstran, dengan 12 orang dilaporkan ditangkap.
Kepolisian Israel dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa mereka menggunakan tindakan pengendalian massa setelah demonstran “mengganggu ketertiban umum secara serius, termasuk dengan membakar benda di tengah jalan, yang menciptakan risiko besar bagi sesama demonstran.”
Situasi di Gaza semakin memanas, dengan banyak pihak internasional mendesak kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan guna menghindari eskalasi lebih lanjut.
