Sabtu, 23 November, 2024

Jelajah Jurnalistik 2022, Menguak Persoalan Lingkungan di Bali Utara

Peserta Jelajah Jurnalistik
Peserta Jelajah Jurnalistik (foto: ist)
Wawancara di Desa Sidetapa
Wawancara di Desa Sidetapa. (foto: ist)

narasumber karena keterbatasan waktu dan juga wilayah yang luas. Ketiga, aku ngerasa
dengan bekal yang kurang jadinya temen-temen konvergensi media gak bisa ngembangin
pertanyaan atau isu lebih jauh saat wawancara. Keempat, mekanisme kerja yang kurang baik
jadi berdampak ke berbagai hal, salah satunya soal manajemen penggunaan kamera yang
kurang baik sehingga ada beberapa materi yang sebenarnya diperlukan tapi tidak
terdokumentasi dan lain sebagainya,” pungkas Jaka.

Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Cintya. “Kalau dari internal
tantangannya justru datang dari mekanisme kerja dalam tim, mulai dari keteteran karena
kurangnya kesiapan anggota hingga terbatasnya SDM. Kemudian eksternal adalah sulitnya
menghubungi beberapa narasumber, terbatasnya waktu liputan sementara banyak hal yang
perlu didalami dan biasnya jawaban antar narasumber,” tambah Cintya.
Permasalahan tidak berhenti hanya pada kegiatan konvergensi, tetapi saat hari puncak
masih ditemukan celah masalah. “Tantangan mobilisasi, karena jarak Denpasar ke Desa Les
jauh, jadi tantangan terberatnya adalah mobilisasi terkait bus, sempet terkendala busnya
tiba-tiba mogok, ban mobil tiba-tiba berasap sehingga menepi beberapa jam untuk sampai ke
tempat puncak acara,” tutur Iyan mengingat kendala yang terjadi saat perjalanan menuju
puncak acara.
Bukan hanya kendaraan umum berupa bus saja yang menjadi prahara saat itu, tetapi
mobil yang dikemudikan oleh Iyan juga sempat bermasalah. Prediksi masalah akan selesai
hanya saat perjalanan menuju puncak acara ternyata cukup meleset. Adanya permasalahan
lain seperti drama perpindahan kamar yang ditempati, cuaca yang kurang mendukung untuk
kegiatan pengabdian dengan petani garam, dan berbagai masalah kecil yang tiada nampak ke
permukaan. Tetapi kegiatan pengabdian dan lainnya tetap dilakukan sesuai dengan yang
diharapkan meskipun terkendala dalam perubahan waktu pelaksanaan.
Dalam konvergensi media, Iyan juga turut menceritakan hal yang cukup berkesan saat
melaksanakan liputan ke Desa Pedawa. “Kita disana bener-bener diajak menjelajah sama
narasumbernya, ada pak Yuli dari kayoman, awalnya sih niatnya cuma wawancara, tapi dari
bapaknya nawarin kita untuk keliling ke tempat pembibitan, penanaman pohon hingga waktu
di Pedawa memakan korban karena tidak jadi ke Celukan Bawang,” ungkapnya sembari
tertawa renyah.

Meskipun banyak kendala yang menyertai, masing-masing hal yang terjadi memiliki
guratan memori yang terukir pada setiap pribadi yang turut serta dalam rangkaian acara Jejur ini. Seperti hal yang menurut Ketua Pelaksana, Jaka, yang mengutarakan bagaimana hal yang
belum ia pikirkan dan dirasa tidak sesuai ekspektasi dapat terjadi dengan lancar. “Menurutku,
kegiatan PJTD jadi yang paling menarik karena aku gak nyangka atas sambutan dari pihak
SMPN 6 Tejakula. Awalnya, aku ragu karena sampai hari h aku belum mengonfirmasi lagi ke
pihak sekolahnya tapi pas dateng ternyata semuanya udah siap dan kegiatan berjalan lancar,”
pungkas Jaka dengan antusias. “Di luar itu, ku kira tiga hari kemarin sangat berkesan karena
akhirnya aku sebagai ketua panitia bisa nyelenggarain kegiatan ini dan temen-temen antusias
dengan kegiatannya,” tambahnya.