Minggu, 24 November, 2024

Jelang KTT G-20, 100 Orang Ilmuwan Bidang Pertanian dari 20 Negara Bertemu di Kuta Bali

Suasana pertemuan para ahli pertanian dunia di Kuta Bali, Rabu (6/7/2022). (Foto: M-006)

DENPASAR, MENITINI-Jelang event KTT G-20, sekitar 100 orang ahli pertanian dan ilmuwan bertemu di Kuta Bali selama tiga hari mulai tanggal 5-7 Juli 2022. Para ahli dan ilmuwan di bidang pertanian tersebut bertemu dalam acara G20 Meeting of Agricultural Chief Scientists (MACS).

Indonesia melalui Kementerian Pertanian menjadi tuan rumah dalam pertemuan ini. Event ini adalah bagian dari pertemuan Presidensi G20 Indonesia. G20 Meeting of Agricultural Chief Scientists (MACS) merupakan bagian dari Agriculture Working Group (AWG) dengan beranggotakan para ahli sesuai kepakaran dari negara anggota G20. Kegiatan MACS yang mengusung tema “Sustainable intensification to meet food security and environmental objectives” tersebut merupakan kegiatan pertama AWG-G20 yang diselenggarakan secara offline.

Pertemuan tahunan G20 MACS, didasarkan pada inisiatif para menteri pertanian negara-negara G20 untuk menjawab isu spesifik maupun pertanyaan-pertanyaan sentral di bidang pertanian dan juga gizi, yang dianggap terlalu besar untuk diselesaikan hanya dengan upaya nasional. Selain itu juga untuk lebih mengkoordinasikan sistem penelitian pertanian di negara G20 dan mencari serta menerapkan strategi solusi bersama. 

Selain itu, anggota G20 menyadari bahwa hasil penelitian pertanian, teknologi, serta inovasi memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung produktivitas dan produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik. Sehingga setiap keberhasilan dalam pendekatan maupun implementasi setiap negara perlu dibagikan di antara anggota G20 sebagai solusi bersama.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry bertindak sebagai Chair dalam pertemuan MACS G20 yang pada tahun ini menjadi pertemuan yang ke-11, didampingi Husnain, M.P,M.Sc., Ph.D. dan Ir. Syafaruddin, Ph.D. sebagai Co-chair. Bertindak sebagai Ketua Delegasi Indonesia adalah  Dr. Haris Syahbuddin, DEA, Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 

Pada pertemuan ini, para ahli dari negara anggota G20, negara tamu dan beberapa lembaga internasional membahas empat isu prioritas pertanian global yang diajukan oleh Indonesia, yaitu kebijakan ketahanan pangan pasca pandemi Covid-19; Pertanian pertanian tangguh iklim (climate ressilient agriculture); food loss and waste (FLW) serta pertanian dan ketertelusuran digital.

Fadjry menjelaskan, sektor pertanian terbukti dapat merespon krisis yang terjadi akibat pandemi Covid-19 dengan baik, namun tetap ada kebutuhan mendesak untuk membahas dan merancang rantai pasok yang optimal, baik pada skala lokal maupun global.

“Kali ini kita menjadi tuan rumah karena Indonesia menjadi Presidensi KTTG-20. Ini moment 20 tahun sekali atau bahkan kita tidak pernah mendapatkan giliran. Untuk itu kita harus bisa memanfaatkan moment ini terutama di bidang pertanian dan ketahanan pangan,” ujarnya.

Perubahan iklim juga menjadi salah satu topik yang diangkat pada pertemuan ini. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan perhatian khusus terhadap issue ini. Dalam berbagai kesempatan, Mentan menyatakan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim, salah satunya dengan menggiatkan pertanian ramah lingkungan.

Penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan dalam sistem produksi untuk mencapai produktivitas jangka panjang perlu didukung, mengingat sektor pertanian merupakan sektor yang rentan sekaligus berkontribusi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, sangat penting untuk melanjutkan dan memperkuat upaya kerjasama penelitian global dalam pertukaran penelitian, pengetahuan, dan inovasi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.