Minggu, 22 Desember, 2024

Kanada Gandeng Universitas Prasetiya Mulya, Atasi Masalah Perubahan Iklim di Indonesia

Kiri ke kanan: Direktur Ilmu Statistik dan Aktuaria Fakultas Matematika Universitas Waterloo Bill Duggan, Rektor IPB Arif Satria, Rektor Prasetiya Mulya Jisman Simanjuntak, Presiden dan Wakil Rektor Universitas Waterloo Vivek Goel, Kepala Kerjasama Pembangunan Kanada untuk Indonesia Kevin Tokar, Kapokja Kerjasama, Hukum dan Humas Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Didy Wuryanto, dan Project Director Universitas Waterloo, Jean Lowry. (Foto: Istimewa)

Sedangkan, komponen ketiga FINCAPES akan mendukung pengembangan kebijakan tentang pajak karbon dan program pembatasan serta perdagangan karbon yang akan menjadi bagian penting dari pengurangan gas rumah kaca di Indonesia. Ini juga sebagai upaya Mekanisme Transisi Energi untuk membantu proses transisi Indonesia menjadi negara dengan energi rendah karbon.

Project Director Universitas Waterloo, Jean Lowry, menyatakan, nantinya hasil dari kolaborasi antar-kampus dan bidang keilmuan ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai permodelan yang sudah teruji yang bisa dimanfaatkan dan diterapkan di Indonesia maupun di tingkat global. “Tentunya kami berharap nantinya hasil dari program ini dapat menjadi solusi atas perubahan iklim dalam skala yang lebih besar.”

BACA JUGA:  Demo Mesin Sampah Ecowiz, Pjs. Sukra Negara Optimis Atasi Sampah Pasar Hingga 2 Ton/Hari 

Profesor Stefan Steiner, Ketua Tim FINCAPES dari Universitas Waterloo mengatakan, “Upaya yang efektif dan berkelanjutan sebagai respon terhadap ancaman emisi karbon sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat di Indonesia dan di seluruh dunia. Dengan berfokus pada peningkatan harga dan perdagangan karbon, serta solusi berbasis alam, FINCAPES akan membantu transisi Indonesia ke ekonomi rendah karbon dan menjadi tempat tinggal yang berkelanjutan dan lebih sehat.

Upaya ini sejalan dengan tema adaptasi perubahan iklim yang ditekankan dalam “Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB” yang berlangsung baru-baru ini di Mesir (COP 27) sekaligus menggambarkan upaya PBB dalam membantu berbagai negara untuk bisa beradaptasi dengan meningkatnya dampak perubahan iklim.”

BACA JUGA:  Masyarakat Adat Aru Tuntut Pengakuan dalam Melindungi Alam dan Keanekaragaman Hayati

Dalam kesempatan yang sama, Rektor IPB, Arif Satria, mengatakan dalam kolaborasi FINCAPES, pihaknya akan berfokus pada riset terkait lingkungan hidup dan kehutanan. “Saat ini kami telah memiliki inovasi seperti Risk Fire System yang dapat memprediksi kebakaran hutan, enam bulan sebelum terjadi. Sehingga risiko kebakaran hutan dapat dicegah.” Sistem ini sudah diadaptasi oleh pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Kami juga punya Ecosystem Platform, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi konversi lahan sebagai early warning system alih fungsi lahan yang dapat diterapkan di berbagai daerah.” (rls/M-011)

  • Editor: PIY