DENPASAR MENITINI.COM- Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Andi Widjajanto mengatakan Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023 memperkuat sentralitas ASEAN di kawasan. Kendati keketuaan ini diemban di tengah menguatnya dinamika global dan regional seperti Rusia-Ukraina hingga Myanmar dan Laut China Selatan.
Meskipun demikian, Andi menegaskan, tantangan ini justru menjadi peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan dan pengaruhnya guna memperkuat sentralitas dan pengaruh ASEAN di kawasan.
“Tapi di balik tantangan itu, di situlah peluang Indonesia untuk betul-betul memperkuat sentralitas ASEAN, betul-betul memperkuat pilar-pilar ASEAN Community. Sehingga keketuaan ASEAN di tahun ini bisa memunculkan ASEAN yang lebih solid, ASEAN yang bisa lebih berperan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional,” tegas Andi dalam dialog daring bertema “Potret ASEAN Terkini di Kancah Global: Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) pada Senin, (6/2/23).
Dalam kesempatan tersebut, Andi mengakui, situasi politik secara global sedang tidak kondusif, dimana antara Amerika Serikat dan Tiongkok sedang terjadi perang dagang. Amerika Serikat, katanya, belum menemukan celah untuk melakukan perdamaian di Ukraina dalam agreasi Rusia.
Sementara itu, ASEAN sendiri tengah menghadapi masalah yakni Myamar dan konflik Laut China Selatan yang tak kunjung menemukan titik temu. “Dan salah satu tantangan utama Indonesia dalam keketuaan ASEAN 2023 ini tentunya tentang Myanmar,” paparnya.
Dengan tantangan-tantangan yang ada, Andi menegaskan, di satu sisi menunjukan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan serta terobosan yang harus dicari.
Namun di sisi lain, memang Indonesia harus menunjukan kepemipinan kuatnya agar Indonesia tetap berperan sentral untuk menentukan stabilitas politik dan keamanan di kawasan.
ASEAN Memiliki Kanal Diplomasi Berlapis
Lebih lanjut, Andi menyampaikan, salah satu keunikan ASEAN adalah keberhasilannya menciptakan kanal diplomasi yang berlapis-lapis.
Antara lain misalnya Forum ASEAN Plus One, Asia Submit hingga Asian Regional Forum yang membahas isu politic security, ekonomi hingga sosial budaya dan seterusnya.
Kanal diplomasi berlapis-lapis ini, kata Andi, menjadi penting jika melihat dinimika yang terjadi di Myanmar, di mana ada negara-negara adikuasa yang berbeda kepentingan ikut membackup negara tersebut sehingga ASEAN tetap mampu memosisikan dirinya.
Kanal diplomasi ini, jelas Andi, dalam terminologi hubungan internasional disebut complexity dependency atau kompleksitas yang saling ketergantungan. Artinya, secara teroritis, akan mendorong negara-negara untuk mengedepankan kerjasama dan perdamaian daripada konflik.
Bahkan pada tahun 2023, Andi menuturkan, ASEAN akan menggelar sebanyak 500 pertemuan dam yang sudah terjadwal mencapai 494 pertemuan dengan mengangkat berbagai topuk mulai dari ekonomi, digital hingga soal conecetivity antara negara-negara ASEAN.
Hal seperti menunjukan, walaupun masalahnya berat, tapi suatu kerangka kanal diplomasinya tersediadan prosesnya secara gradual dilakukan terus menerus oleh ASEAN. Dan ini bisa membuat ada optimisme walau pun tantangan berat tahun ini, tapi mekanisme yang disediakan oleh ASEAN itu menawarkan celah-celah diplomatik untuk mencari solusi-solusi baru,” tutupya. M-003