DENPASAR, MENITINI.COM – Kelelahan kerja bukanlah hal yang bisa kita abaikan. Mungkin Anda merasa kecapekan dan butuh pijat atau healing. Tapi ternyata tidak hanya itu! Ketika tubuh dan pikiran terus-menerus bekerja tanpa cukup istirahat dan nirapresiasi, dampaknya bisa berakibat pada produktivitas hingga kesehatan secara keseluruhan. Banyak faktor yang bisa menjadi pemicunya, mulai dari tekanan pekerjaan, lingkungan kerja yang kurang mendukung, hingga kurangnya penghargaan atas usaha kita. Topik hari ini mungkin akan terlihat materialistis bagi pengusaha atau pemberi kerja, tapi akan terlihat realistis bagi karyawan. Sebagai karyawan, Anda sangat mudah tergantikan. Maka artikel kali ini menyoroti bagaimana nirapresiasi dapat berdampak pada Anda bila tidak bijak!
Faktor Penyebab Kelelahan Kerja
Beban Kerja Berlebih
Ketika tanggung jawab pekerjaan terus bertambah tanpa diimbangi dengan sumber daya yang cukup, kelelahan menjadi tak terhindarkan. Tekanan untuk terus mencapai target yang tinggi juga bisa menyebabkan stres berkepanjangan.
Kurangnya Istirahat
Istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga energi dan fokus. Kurang tidur atau tidak adanya waktu rehat yang memadai saat bekerja dapat mengakibatkan menurunnya kinerja serta meningkatkan risiko kelelahan kronis. Kadang kita harus berhadapan dengan shift kerja yang tidak bisa ditawar dan tanpa kompensasi. Tanpa kita sadari tanpa intervensi bijak dari perusahaan, kita akhirnya kewalahan. Ibaratnya 8 jam saat shift malam berbeda dengan 8 jam saat jam kerja reguler.
Nirapresiasi dari Atasan
Penghargaan atas usaha dan pencapaian karyawan sering kali dianggap sepele. Padahal, nirapresiasi bisa membuat kehilangan motivasi dan akhirnya burnout. Selain itu menimbulkan keengganan untuk berkontribusi sesuai kemampuan mereka untuk kemajuan perusahaan.
Kinerja Tim / Hierarki Tidak Maksimal
Sering terjadi bila menempatkan orang yang tidak kompeten pada posisinya. Tim seharusnya menambah efisiensi kerja, namun malah harus menghadapi banyak hambatan karena micro management dan kebiasaan bekerja tanpa struktur. Banyak terjadi, namun sering juga diabaikan atasan sampai masalah menumpuk di belakang, bagai blangkon. Alasan? Sebagian besar SDM yang tidak cukup kompeten terima-terima saja dengan gaji yang lebih kecil.
Dampak Kelelahan Kerja
- Menurunnya Produktivitas – Karyawan yang merasa lelah cenderung lebih sulit fokus, membuat kesalahan lebih banyak, dan mengalami penurunan performa secara keseluruhan.
- Risiko Masalah Kesehatan – Kelelahan yang terus-menerus bisa memicu berbagai masalah kesehatan, di antaranya:
- Gangguan Tidur – Stres yang berkepanjangan akibat tekanan kerja bisa menyebabkan sulit tidur atau insomnia, yang pada akhirnya memperburuk kelelahan dan menurunkan konsentrasi.
- Tekanan Darah Tinggi – Beban kerja berlebih dan stres yang tidak terkelola dapat meningkatkan tekanan darah, berisiko menyebabkan penyakit jantung.
- Masalah Pencernaan – Stres yang tinggi sering kali menimbulkan gangguan pencernaan seperti sakit maag, irritable bowel syndrome (IBS), dan gangguan asam lambung.
- Sakit Kepala dan Nyeri Otot – Duduk terlalu lama, kurang bergerak, serta ketegangan otot akibat stres bisa menyebabkan nyeri di leher, bahu, dan punggung.
- Menurunnya Sistem Imun – Kurang tidur dan stres berkepanjangan dapat melemahkan sistem imun, membuat karyawan lebih rentan terhadap penyakit seperti flu dan infeksi lainnya.
- Penurunan Kepuasan Kerja – Ketika lingkungan kerja terasa tidak mendukung, kemungkinan karyawan untuk merasa tidak puas dan berpikir untuk resign menjadi lebih tinggi.
Macam Bentuk Apresiasi
Agar karyawan tetap termotivasi dan merasa dihargai, bentuk apresiasi juga sebaiknya sesuai dengan kebutuhan mereka. Beberapa bentuk penghargaan yang dapat meningkatkan semangat kerja antara lain:
- Pengakuan atas Pencapaian – Pujian langsung dari atasan atas hasil kerja yang baik bisa memberikan dampak positif yang besar terhadap motivasi kerja.
- Peningkatan Kesejahteraan – Selain gaji yang kompetitif, fasilitas seperti fleksibilitas kerja, tunjangan kesehatan, dan peluang pengembangan karier juga menjadi bentuk apresiasi yang penting.
- Bonus atau Insentif – Bentuk penghargaan finansial, seperti bonus kinerja atau tambahan cuti, dapat meningkatkan loyalitas serta kepuasan kerja. Meski namanya bonus, tetap harus transparan ya!
Evaluasi Linear dengan Kenaikan Gaji
Evaluasi kinerja oleh perusahaan seharusnya memiliki dampak nyata terhadap kesejahteraan karyawan. Tidak jarang karyawan terus-menerus mendapat evaluasi tanpa adanya peningkatan kompensasi yang sesuai. Terdengar familiar? Kurang lebih mirip romusha jika Anda tidak bijak. Hal ini dapat menurunkan semangat kerja dan memicu ketidakpuasan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu memastikan bahwa hasil evaluasi juga linear dengan gaji atau manfaat tambahan sesuai kinerja karyawan.
Rentang Waktu Ideal Kenaikan Gaji
Kenaikan gaji secara berkala penting untuk memastikan bahwa karyawan mendapatkan penghargaan yang layak atas kontribusinya. Rentang waktu yang ideal untuk kenaikan gaji adalah:
- Setiap 12 hingga 24 bulan – Mayoritas perusahaan memberikan kenaikan gaji setiap 1-2 tahun, tergantung pada performa karyawan. Hal ini paling ideal pada perusahaan berbasis pelayanan untuk stimulasi kinerja dan pelayanan yang optimal.
- Setelah evaluasi tahunan – Jika perusahaan menerapkan sistem evaluasi tahunan, maka kenaikan gaji bisa berdasar hasil evaluasi tersebut. Contohnya pada perusahaan terbuka yang menerapkan sistem bagi hasil.
- Peningkatan tanggung jawab – Mendapatkan tanggung jawab baru yang lebih besar, seharusnya ada penyesuaian gaji yang mencerminkan perubahan peran tersebut. Selain itu apabila banyak merangkap tanggung jawab.
- Saat inflasi – Penyesuaian kesejahteraan karyawan juga harus sesuai dengan tingkat inflasi agar daya beli karyawan tetap terjaga.
Dengan menetapkan kebijakan kenaikan gaji yang jelas dan terstruktur, perusahaan dapat meningkatkan loyalitas serta kinerja karyawan secara keseluruhan. Tentunya apabila pegawai sudah 5 tahun lebih pasti sudah terjadi inflasi secara global. Tidak ideal bila terus menerapkan standar gaji yang sama dengan dalih low margin. Sayangnya masih cukup banyak perusahaan apalagi yang berbasis service yang seperti ini. Minimalis pada karyawan, namun maksimalis terhadap atasan.
Kesimpulan
Kelelahan kerja bukan hanya masalah individu, tetapi juga tanggung jawab perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Dengan memberikan apresiasi yang layak dan mempertimbangkan kesejahteraan karyawan, produktivitas serta loyalitas dapat terus meningkat. Selain itu, pekerja lepas juga perlu lebih proaktif menegosiasikan gaji agar mendapatkan penghargaan yang sepadan. Ingat, Anda bisa tergantikan dengan mudah ketika Anda sakit atau meninggal. Maka bijaklah dengan kesehatan dan gaji yang Anda terima. Membangun budaya kerja yang menghargai kesejahteraan semua pihak akan membawa manfaat jangka panjang bagi seluruh ekosistem dunia kerja. Sayangnya, tidak semua perusahaan bisa. Bagaimana dengan tempat Anda bekerja? (M-010)