Selanjutnya kasus-kasus intoleransi agama yang mencemaskan, kekerasan dan radikalisme agama yang sampai membawa kepada terorisme, kekerasan atas nama agama, gerakan-gerakan oposisi politik pemerintahan yang resmi dengan mengusung alternatif berbasis satu agama, yang tidak mungkin menjamin kesatuan dan persatuan bangsa, gerakan-gerakan pengasingan budaya-budaya lokal dan masih banyak lagi.
“Yang kita butuhkan adalah sebuah konvivialitas, sebuah kehidupan bersama. Tetapi konvivialitas memiliki sebuah karakter yang lebih. Kata konvivialitas dari bahasa latin convivere atau hidup dengan atau hidup bersama bersama berarti membangun hubungan persaudaraan, persahabatan, rasa saling hormat dan saling percaya dengan semua orang dalam masyarakat, dan bersedia berbagi dengan mereka semua sumber daya yang tersedia, alam, kandungan, kandungan alam, manusia, kebahagiaan material dan spiritual,” beber Romo Markus.
Apa landasannya? Romo Markus melanjutkan, “Karena kita adalah bagian dari satu sama lain, kita bergantung dari satu yang lain. Kita adalah saudara dan saudari walau berbeda dalam agama, budaya, etnik cara pandang orientasi politik, kita satu dalam kemanusiaan.”