Jumat, 22 November, 2024

Keselamatan Penerbangan Terjaga, Budaya “Melayangan” Tetap Lestari, Ini Permintaan Komunitas Layangan di Bali

Ratusan layang-layang menghiasi langit sirkuit All In One di Jembrana. (M-011)
Ratusan layang-layang menghiasi langit sirkuit All In One di Jembrana. (M-011)

BADUNG, MENITINI.COM-Kekhawatiran terhadap punahnya tradisi melayangan di desa yang masuk dalam radius Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) menjadi kegelisahan di kalangan para pemuda.

Mereka berharap ada solusi agar budaya tersebut dapat berjalan beriringan dengan KKOP, tanpa adanya salah satu yang diabaikan.

Berpacu Dilumpur, Makepung Lampit 2024 Digelar

Fakultas Ilmu Budaya Unud akan Gelar The Japan Festival of Udayana

 Ribuan Seniman Meriahkan Pawai Budaya “Jana Kerthi Paramaguna Wikrame” di Jembrana

Kecamatan Pekutatan Jembrana, Andalkan Tari Sekar Ibing Lomba Gong Kebyar Wanita 2024

Kondisi kegelisahan pemuda itu mendapatkan perhatian dari Kepala Lingkungan Pesalakan Tuban, Nyoman Sudartha.

Sebagai solusi masalah tersebut, Otban diimbau dapat bersama dengan pemuda dan mensolusikan hal tersebut dengan memfasilitasi para rare angon.

Nyoman Sudartha menilai perlu duduk bersama antara pemuda dengan pihak Otban dan pemerintah dalam mencari jalan terbaik menyikapi permasalahan yang ada.

Wamen Pariwisata: Kolaborasi dengan Berbagai Pihak untuk Perkuat Sektor Pariwisata Bali

Pengelola Pantai Melasti Antisipasi Kemacetan di High Season

Indonesia Ikuti “ITTS Kanada 2024” Bursa Pariwisata Terbesar di Amerika Utara

PKMK FK-KMK UGM akan Gelar Workshop Business Plan Pemanfaatan Produk Geothermal dalam Medical Wellness

Sehingga apa yang dikhawatirkan para pemuda akan punahnya tradisi melayangan terjawab dengan solusi pasti. Selama ini sosialisasi Otban cenderung ke instansi pemerintah dan sekolah, sedangkan ke pemuda atau banjar memang belum pernah dilakukan.

"Saya pikir ini perlu duduk bersama, mencari solusi terbaik. Bagaimana mengupayakan agar ini bisa berjalan beriringan tanpa saling menganggu. Keselamatan penerbangan terjaga dan budaya tetap lestari. Jangan sampai tradisi melayangan ini hilang, sebab ini sudah turun temurun di Bali dan bahkan sebelum ada bandara," ucapnya Jumat, (2/8/2024).

Selama ini para komunitas layangan memang belum tersentuh langsung sosialisasi dari Otban. Karena itu, efektivitas sosialisasi perlu dievaluasi, sehingga antara harapan pemuda dan Otban bisa menemukan titik temu yang baik.

Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Mengarah ke Lombok

73 Kapal Dikerahkan untuk Angkut Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Penerbangan di Bandara Internasional Lombok Sudah Normal Kembali

Gunung Lewotobi Masih Erupsi, Warga Terus Dilakukan Evakuasi

Dengan duduk bersama, maka para pemuda bisa langsung bertanya dan mengungkapkan pengalaman mereka. Sementara Otban juga bisa memberikan edukasi dan pemahaman lapangan.

Salah satu solusi yang ia tawarkan adalah bagaimana komunitas layangan dapat difasilitasi bermain layang layang. Jika di kawasan terkait tidak bisa menerbangkan layangan, maka dicarikan tempat yang bisa menyalurkan tradisi tersebut.

Sehingga para pemuda tidak kecewa dan keselamatan penerbangan tetap terjaga. "Dari pada liar, lebih baik difasilitasi melalui dana CSR. Kan jelas jadi win-win sulution," ucapnya.

Ia menilai, antara layang-layang dan rute penerbangan pesawat perlu diatur demi kebaikan bersama. Keselamatan penerbangan merupakan hal yang penting, tapi tradisi masyarakat ini juga penting dilestarikan dan sudah mengakar.

Jangan sampai karena wisata terbang yang sifatnya komersil justru mengikis tradisi melayangan. Melayangan ini juga menjadi daya tarik pariwisata. "Kalau kami di Tuban semua masyarakat sudah taat. Pecalang juga aktif mengawasi dan orang tua mengedukasi," ujarnya. (M-003)