DENPASAR, MENITINI.COM- Lapangan Puputan Renon di kawasan civic center “benyah latig” (hancur berantakan) setelah tanggal 1 Juli 2023. Menyusul ada kegiatan pameran memeriahkan Hari Bhayangkara dua hari di lapangan tersebut.
Kondisi lapangan yang hancur itu diperparah dengan hujan mengguyur Denpasar dan sekitar, tiga hari berturut sejak tanggal 30 Juni sampai 3 Juli 2023.
Hancurnya lapangan terpantau sejak Senin, 3 Juli ketika semua tenant membersihkan stand dan membongkar panggung. Juga terlihat petugas kebersihan “wara wiri” membersihkan sampah berserakan di areal lapangan.
Melihat kondisi lapangan yang berantakan pengguna jalan menggerutu dan mengkritik Pemprov Bali yang memberi keleluasaan kepada publik menyewa dan mengkomersialkan lapangan tersebut. “Ini kan kawasan terbuka hijau. Luas satu hektar lebih. Tiap hari dipakai olah raga dan rekreasi, dari pagi dan sore. Kok jadi berantakan seperti ini,” gerutu Nyoman Adi yang pagi pagi sudah memposting foto di media sosial grup jogging dan memberi koment “ada danau baru di lapangan Renon,” Selasa (4/7/2023).
Sementara Made Westra memberi pendapat terkait keberadaan Lapangan Renon yang diamati selama ini. Mantan Sekda Kota Denpasar, kawasan ini merupakan fasilitas umum untuk pelayanan publik dan juga penunjang pariwisata.
“Kawasan ini dipakai untuk arena olahraga dan rekreasi tiga daerah, Denpasar, Badung bahkan Gianyar. DPRD Bali mesti kontrol dan lakukan pengawasan. Kalau sudah seperti ini apa yang segera dilakukan. Untuk pemulihan lapangan ini memerlukan waktu bukan satu dua hari bisa beberapa bulan,” kata Made Westra.
Tokoh masyarakat Buleleng ini meminta agar Pemprov Bali dan DPRD mendesain ulang penataan kawasan lapangan Renon sehingga benar benar nyaman bagi pengguna jalan sekaligus menjadi ruang terbuka hijau bagi masyarakat berekreasi di kawasan civic center. “Di kawasan ini ada juga Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan Kota Denpasar. Kalau ditata untuk pemanfaatan rekreasi dan daya tarik wisata kawasan ini menjadi lebih menarik dan punya pendapatan lebih untuk daerah,” kata Made Westra.
Sementara Made Suparsa praktisi pariwisata era 90an mengkritik keberadaan Lapangan Renon yang menurutnya tak nyaman bagi pengguna jalan dan ruang terbuka hijau di pusat Kota Denpasar. “Lap Renon itu salah satu ikon Bali mestinya ada perhatian khusus dari pemangku kebijakan untuk membenahi, drainase dan lainnya. Itu sudah jadi ikon Indonesia tapi pejabat pejabat kita yang sudah sudah berganti ganti tidak punya ide untuk benahi,” kritik Made Suparsa.
Menurutnya, perlu figur yang berani yang menggebrak di tengah pariwisata Bali yang mulai ramai oleh kedatangan turis turis dari mancanegara dan domestik. “Kita butuh orang orang seperti Jokowi dan lain lain yang menggebrak Bali yang telah dininabobokan oleh datangnya turis turis,” sorotnya. Berbagai komentar pedas lainnya juga muncul di sosial media.”Ya besok tyang akan laporkan,” timpal Wayan Irianta. Bahkan ada netizen yang menyoroti kumuhnya kawasan di sekitar Jalan Tukad Badung. M-003
Editor: Daton