Kenyataan ini dibenarkan Andreas Hero perwakilan WWF Indonesia yang ikut melakukan survey bawah laut sehari sebelumnya. Penangkapan telur ikan terbang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang terbuat dari daun kelapa yang dirangkai dengan bambu untuk menarik perhatian ikan meletakan telur. Penangkapan telur ikan terbang dan penggunaan alat bantu ini semakin masif seiring dengan harga telur ikan terbang yang terus meningkat.
Berdasarkan informasi dari nelayan lokal Ur Pulau, Kabupaten Maluku Tenggara, harga rata-rata-rata telur ikan terbang kering mencapai Rp. 500.000/kg.
“Jika pemanfaatan terumbu karang terus meningkat disertai dengan penangkapan telur ikan terbang yang tidak ramah lingkungan pada lokasi-lokasi terumbu karang yang telah rusak, maka kondisi terumbu karang yang saat ini rusak terancam menurun ke kondisi yang lebih buruk. Oleh karena itu, upaya rehabilitasi terumbu karang perlu segera dilaksanakan sehingga menjamin kawasan yang rusak dapat pulih kembali. ” ujar Erawan.
Kepala Cabang Dinas Kelautan Perikanan Gugus VIII Maluku, Tommy Bella, mengapresiasi kegiatan sosialisasi rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan GEF 6 CFI Indonesia-KKP dan DKP Provinsi Maluku.
Menurutnya upaya rehabilitasi ini akan berjalan efektif bila melibatkan masyarakat setempat. Kegiatan rehabilitasi terumbu karang perlu dilakukan dengan memberdayakan masyarakat setempat untuk pembuatan percontohan karang.
Lebih lanjut Tommy berharap dengan kegiatan penanaman artificial reef pada lokasi yang rusak, metode ini dapat membantu peningkatan kesehatan terumbu karang.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Nicodemus Ubro mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang di kawasan konservasi.
Menurut Nico, Kawasan Konsevasi yang mencapai 150.000 ha ini sebagai Kawasan konservasi teman laut pertama di Maluku, harus dikelola dengan baik agar berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Pengelolaan kawasan konservasi ini sejalan dengan visi bapak bupati menjadikan sektor kelautan perikanan dan pariwisata sebagai prime mover pembangunan di Kabupaten Maluku Tenggara,” tegasnya.
Kegiatan sosialisasi rehabilitasi terumbu karang yang dikemas dalam dialog terbuka tersebut diikuti Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Dinas Cabang Kelautan Perikanan gugus VIII Maluku, Perwakilan GEF-6 CFI Indonesia, Perwakilan WWF Indonesia, Perwakilan Camat Kei Besar, Pejabat Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Perempuan, nelayam masyarakat Ur Pulau dan lingkup DKP Maluku. M-009.