DENPASAR, MENITINI.COMĀ – Maraknya WNA yang berulah belakangan ini dinilai menunjukkan adanya error dalam tata kelola pariwisata Bali, terutama menyangkut prilaku wisman secara umum.
Visi pariwisata berkualitas yang berkelanjutan, serta standar penyelenggaraan kepariwisataan budaya Bali seolah menjadi antiklimaks seiring dengan fenomena nyeleneh prilaku WNA yang kian hari makin menjadi-jadi (liar) dan chauvinis.
Untuk itu diperlukan evaluasi secara menyeluruh dan pembenahan secara masif, demi mencegah dampak yang lebih parah ditimbulkan.
Praktisi pariwisata asal Legian, Wayan Puspa Negara mengungkapkan, jika memotret perkembangan pariwisata saat ini yang semakin membaik tentu patut disyukuri bersama. Ā
Hal itu menjadi generator pertumbuhan perekonomian pasca dampak pandemi Covid-19. Namun, di sisi lain hal itu juga memberikan dampak yang luar biasa terhadap citra pariwisata Bali, dengan maraknya WNA yang berulah.
“Dari potret ini kita melihat betapa semrawutnnya pengelolaan kepariwisataan kita, hingga memunculkan prilaku bule yg justru mereduksi kualitas destinasi kita. Ada apa dengan pariwisata Bali,” ucapnya Jumat (14/6/2024).
Setidaknya, ada 5 persoalan mendasar ia jumpai sebagai pelaku pariwisata. Persoalan itu yang mereduksi tatanan destinasi pariwisata Bali. Yaitu, lingkungan mengalami tekanan yang luar biasa hingga tata ruang menjadi kacau balau, sampah bertebaran, hingga terkikisnya secara masif pesona bentang alam.
Infrastrukur yang belum mengarah world class infrastructure, seperti trotoar tidak layak, canstein suram, jalan-jalan sempit, macet parah di kawasan yang bertumbuh, over head capital semrawut, tiang beranak, kabel kabel bercucu bak jaring laba laba raksasa.
Kemudian, sektor keamanan yang tampak tidak settle. Dengan hampir setiap hari ada kejadian copet, jambret, penipuan money changer, hingga kriminalitas macam rupa dilakukan pelaku kejahatan dan juga WNA.
Prilaku masyarakat dan juga prilaku wisman yang tampaknya setali tiga uang, dengan banyak WNA yang juga meniru prilaku warga, hingga berprilaku bringas, kasar, ngamuk, berkelahi dan terakhir membawa truk ugal-ugalan hingga masuk ke Bandara yang merupakan obyek vital.
Serta good will pemerintah terhadap pariwisata yang belum terlihat signifikan, terkecuali pemerintah sangat agresif menarik PHR, & tourism levy yang arah penggunaanya belum terasa.
Oleh karena itu, ia berpandangan WNA yang berkelakuan buruk ini sebaiknya ditahan dan dideportasi dengan cepat. Kemudian perkuatĀ pemberitahuan tentang do and don't bagi wisman, melalui front liner seperti para guide, front desk akomodasi, driver, hingga pengelola objek wisata dan destinasi.
"Perlu ada program penguatan behavior masyarakat penyangga destinasi untuk bisa berpartisipasi aktif dalam turut mengawasi prilaku wisatawan," ungkapnya.
Ia mendorong polisi pariwisata agar segera ditugaskan di titik titik destinasi, untuk memantau wisman & situasi keamanan destinasi berkolaborasi dengan Bankamda, Linmas dan pam swakarsa serta pihak lain.
āKeberadaan tourism police sangat dirindukan untuk mencegah adanya WNA yang berbuat onar,ā ujarnyaĀ (*)
- Editor: Daton