TANJUNG BENOA MENITINI.COM-Kondisi abrasi di pesisir Pantai Tanjung Benoa kian memprihatinkan. Kondisi itu membuat aktivitas para nelayan terjepit. Bahkan jukung nelayan kini terpaksa ditambatkan karena parahnya kondisi pesisir. Jika tidak segera mendapatkan penanganan serius, kondisinya semakin parah dan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.
Menurut Sekretaris Kelompok Nelayan Panca Sari, I Wayan Dartu, abrasi sudah terjadi sejak bertahun-tahun. Namun area yang terkikis itu berpindah-pindah, yang semula di area belakang Pantai di dekat The Bali Khama Beach Resort, kemudian berpindah ke belakang Novotel Bali Benoa, ke belakang Bali Reef Resort, hingga menggerus tempat parkir jukung para nelayan.
Untuk itu pihaknya berharap pemerintah segera merespon sehingga para nelayan bisa kembali menambatkan jukungnya. “Sekarang terpaksa parkir di perairan. Sebab sudah tidak ada tempat penambatan lagi di darat, akibat terkikis abrasi,”katanya, Kamis (22/9).
Hal senada disampaikan pemilik watersport Bali Coral, Wayan Toya. Abrasi membuat kondisi bangunan di area usaha terkikis. Puing bekas bangunan yang rusak itu masih nampak di lokasi. Kondisi itu diakuinya sangat mempengaruhi usaha yang berdiri sejak tahun 1993 itu. Utamanya saat bulan Purnama, kondisi air laut pasang hingga memasuki area usaha.
Ia meminta pemerintah, pusat, provinsi, kabupaten, agar memperhatikan perhatian serius kondisi yang terjadi di pesisir Tanjung Benoa. Sebab masyarakat tidak bisa menjalankan usaha dengan optimal. “Mungkin bisa dilakukan pembangunan krib pengaman pantai yang lebih representatif, aman, dan nyaman dikunjungi wisatawan yang hendak bermain watersport,” harapnya sembari menerangkan pihaknya sempat berupaya melakukan langkah penanganan kondisi itu dengan membangun tanggul swadaya pada tahun 2020.
Selaku kepala lingkungan, Wayan Ganti mengatakan abrasi yang terjadi amat parah, dan dikhawatirkan merambah ke kawasan Setra Desa Adat Tanjung Benoa. “Menyikapi abrasi yang terjadi, sejumlah akomodasi wisata seperti Novotel dan Bali Reef, telah melakukan langkah pembuatan krib. Tapi ternyata, pasca itu pula, abrasi berpindah ke area ini. Karena itulah kami juga khawatir kawasan setra ikut terancam,” terangnya.
Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made ‘Yonda’ Wijaya mengaku telah menyampaikan permasalahan itu kepada Balai Wilayah Sungai Bali Penida, saat rapat di Kantor Camat Kuta agar bisa dilakukan penanganan secepatnya. Semakin cepat hal itu dilakukan, tentunya semakin bagus. “Kami mendorong instansi terkait agar secepatnya melakukan penanganan. Paling tidak di tahun 2023 nanti,” tegas pria yang juga duduk di Komisi II DPRD Kabupaten Badung ini. (M-003)
Berita Terkait
- Bhakti Rahayu Group Bersama IKA Foundation, Gelar Aksi Sosial Pembagian Benih Kelapa dan Tebar Benih...
- Perjanjian Pengusahaan Tol Gilimanuk Mengwi Labrak Putusan MK, Begini Penjelasan WALHI Bali
- Sampah Dibuang ke Jurang, Sukla Project Beri Solusi Pendampingan dan Pengolahan Sampah di Kawasan Be...
- Penghijauan IKN, Untuk Bangun Hutan Hujan Tropis Yang Beragam