Jumat, 22 November, 2024

Mendengarkan Suara Tuhan

Mendengarkan Suara Tuhan

Injil sinoptik Matius, Markus dan Lukas sama-sama mengisahkan tentang transfigurasi Yesus, penampakan mulia Yesus di atas gunung, disaksikan oleh tiga muridNya, yaitu Petrus Yakobus dan Yohanes. Dari ketiga penulis Injil ini hanya Lukas yang menambahkan bahwa Yesus naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajahNya berubah, dan pakaianNya menjadi putih berkilauan. Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus tentang tujuan perjalananNya yang akan digenapi di Yerusalem. Peristiwa mulia ini disaksikan oleh ketiga orang murid Yesus tersebut. Karena bahagianya, para murid itu berkeinginan untuk membangun tiga buah tenda di atas gunung: satu untuk Musa, satu untuk Elia dan satu untuk Yesus. Namun keinginan mereka itu disela oleh suara ilahi dari dalam awam yang menyelubungi mereka, “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia”.

Musa dan Elia, dua tokoh besar pada masa Perjanjian Lama, hadir dalam percakapan dengan Yesus di atas gunung. Gunung dan awam melambangkan tempat hadirnya Yang Keramat. Musa disuruh naik ke atas gunung Sinai untuk menemui Tuhan dan menerima Taurat dari Tuhan. Sedangkan Elia bertemu dengan Tuhan di gunung Horeb. Mereka berdua menjumpai Tuhan dalam kemuliaanNya di gunungNya yang keramat. Kedua orang yang akrab dengan Tuhan itu kini datang bercakap-cakap dengan Yesus, juga di atas gunung.

Pembicaraan mereka adalah tentang perjalanan Yesus yang akan dipenuhiNya nanti di Yerusalem. Yang dimaksud adalah penderitaannya di kota suci itu saat Dia ditolak oleh para pemimpin, dan bahkan dibunuh, tetapi ia akan dibangkitkan pada hari ketiga. Penampakan mulia Yesus di atas gunung segera diikuti dengan penderitaannya dan wafatnya di salib. Itulah kemesiasan Yesus, tugas untuk membebaskan manusia dari perbudakan kekuatan dosa, dari kekuatan yang memisahkan manusia dari Tuhan. Dengan kata lain, yang dilakukan Yesus, Sang Mesias adalah membawa manusia kembali kepada Tuhan lewat jalan penderitaan dan wafatNya.

Penampakan mulia Yesus yang mengandung dan terarah pada jalan penuh penderitaan ini terjadi saat Yesus sedang berdoa. Dalam suasana hening dan doa, para murid diajak untuk mendengarkan suara (voice) Ilahi agar pikiran dan perbuatan mereka selaras dengan kehendak Ilahi. Bagian akhir Injil Lukas 9:28-36 dikatakan bahwa para murid merahasiakan dan tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu. Mereka butuh waktu untuk mendalami pengalaman spiritual di atas gunung tersebut, sambil terus mengambil sikap “mendengarkan” agar makin menyadari apa yang sedang terjadi dalam diri Yesus.

Mendengarkan suara Tuhan (voice) hanya bisa terjadi dalam doa. “Melihat kemuliaan Tuhan” yang mengubah hidup manusia tidak mungkin terjadi ketika manusia sedang larut dalam kegaduhan (noise). Ketika Yesus sedang berdoa, para murid menyaksikan kemuliaanNya. Kemuliaan Yesus adalah kemuliaan orang yang terbuka bagi kehadiran Tuhan. Inilah yang dimaksudkan dengan berdoa.

Masa Prapaska ditandai dengan kegiatan rohani seperti doa, pantang, puasa dan perbuatan amal-kasih. Masa Prapaska adalah saat untuk merenungkan apa yang dipercakapkan oleh Musa, Elia, dan Yesus di atas gunung Tabor itu. Merenungkan sengsara dan wafat Yesus baru benar bila kita membuka diri mendengarkan Dia. Masa prapaskah adalah adalah masa untuk memahami Yesus lewat jalan yang dilaluiNya sendiri, yaitu jalan membangun kembali kemanusiaan di hadapan Tuhan. Seperti ketiga murid, kita juga boleh “diam dulu” untuk mengendapkan pengalaman sebelum berbicara mengenai siapa dia kepada orang banyak nanti. Masa prapaskah ini masa yang dikhususkan agar kita makin akrab dengan Dia yang kita dengarkan itu.

Di tengah adu kencang kegaduhan (noise) menuju Pemilu tanggal 17 April 2019, kita diajak untuk masuk dalam suasana doa untuk mendengarkan suara Tuhan (voice). Mendengarkan suara Tuhan dalam dan melalui doa bisa membuahkan transformasi dalam sikap dan perilaku hidup. Doa yang benar pertama-tama untuk mengubah orang yang berdoa. Transformasi sikap dan perilaku hidup harus mulai dari diri sendiri menuju Pemilu yang bersih, jujur dan bermartabat.(*)