Jumat, 1 November, 2024

Menteri LH Harapkan Hasil Diplomasi di COP29 Azerbaijan, Harus Konkret Dirasakan Masyarakat

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq. (Foto: Istimewa)

JAKARTA,MENITINI.COM-Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan arahan dan apresiasinya kepada para delegasi Indonesia yang tengah bersiap menghadiri pertemuan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa / Conference of the Parties (COP) ke-29, yang akan berlangsung pada 11 hingga 22 November 2024 di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan.

Dengan mengusung tema “In Solidarity for a Green World”, pertemuan ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim di tingkat internasional.

Menteri Hanif Faisol Nurofiq berpesan sebagaimana pesan Presiden Prabowo Subianto, bahwa keterlibatan delegasi Indonesia pada forum tingkat global dan regional harus menghasilkan sesuatu yang konkret untuk rakyat.

“Mudah mudahan pada acara kita di Baku Azerbaijan kita benar benar mampu mempromosikan kondisi perjuangan aksi iklim kita kepada teman-teman di dunia internasional,” ujar Menteri Hanif.

Untuk itu ia berharap kepada Delegasi Indonesia yang akan berangkat agar jangan hanya berfokus pada kegiatan-kegiatan seremonial, tetapi semua memandatkan diri sebagai diplomator yang diharapkan dapat menarik bilateral-bilateral meeting yang diperlukan untuk menggagas bagaimana Indonesia mendapatkan dukungan-dukungan internasional.

“Sehingga kita tidak ramai-ramai menghadiri paviliun Indonesia, menghadiri podcast yang kita laksanakan dan hadiri sendiri, tetapi bagaimana kita memfungsikan diri pada era yang penting ini untuk membangun kerjasama internasional country to country, goverment to goverment untuk mendukung upaya Indonesia dalam penurunan emisi gas rumah kaca,” tegasnya.

Terutama kepada para ASN yang yang menjadi Delegasi, Menteri Hanif menyatakan jangan hanya jalan-jalan disana, karena dukungan pendanaa melalui APBN yang telah digunakan dalam perjalanan luar negeri tersebut, harus dapat mendorong untuk investasi, mendorong dunia internasional untuk mendukung kepentingan Indonesia.

“Bukan hanya jalan-jalan saja, bukan hanya display-display saja. Harapanya kita menempatkan diri masing-masing untuk konteks itu, lakukanlah berbagai hal penting yang secara konkret mampu mendorong dunia internasional membantu di dalam upaya Indonesia membangun ketahanan iklim ini,” imbuhnya.

Ia juga berpikir bahwa Delegasi Indonesia yang ditugaskan ke Baku nanti adalah yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang cukup untuk tugas tersebut. Ia mengungkapkan jika Pak Presiden Prabowo sangat menekankan di dalam rapat kabinet pertama, agar mengefisienkan biaya perjalanan luar negeri.

“Ini artinya bahwa kehadiran kita ke luar negeri harus benar-benar membawa manfaat untuk Indonesia. Soft diplomacy kita laksanakan di Pavilion Indonesia, tetapi bukti konkret harus kita hadirkan pada saat kita memberikan penjelasan kepada masyarakat selesai kegiatan luar negeri ini. Tidak kemudian selesai kunjungan ini kita lantas diam dan bubar saja, tetapi sebisamungkin harus ada hal besar yang harus kita bawa. Ini yang harus menjadi paradigma kita bahwa apa yang dikeluarkan masyarakat kepada kita harus kita bayar kontan,” jelasnya lagi.

Menteri Hanif Faisol Nurofiq juga menyampaikan bahwa Beliau mendapatkan amanah untuk melanjutkan kerja-kerja dalam pengendalian perubahan iklim yang telah terbangun baik, dan mengarahkan agar lebih meningkat guna mendukung keberhasilan visi – misi Bapak Presiden RI 2024-2029, yaitu melalui Asta Cita menuju Indonesia Emas 2045, antara lain untuk (a) menjamin pelestarian lingkungan hidup; (b) mencapai swasembada pangan, energi, dan air; (c) pemberantasan kemiskinan; (d) penguatan sains dan teknologi; (e) penguatan kesetaraan gender dan perlindungan hak perempuan dan anak.

“Kami harap seluruh delegasi Indonesia dapat mewakili kepentingan nasional dengan sebaik-baiknya dan menegaskan posisi Indonesia dalam perundingan iklim global ini,” ujar Hanif.

Sebagai wujud dukungan terhadap pilar Enhance Ambition, Presidensi COP29 akan meluncurkan 14 inisiatif dalam berbagai bentuk, termasuk pledges, deklarasi, kemitraan, dan platform. Inisiatif-inisiatif tersebut mencakup komitmen global pada bidang mitigasi dan adaptasi, pembiayaan iklim, transparansi, serta pengembangan jaringan kolaboratif yang melibatkan banyak pihak. Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong peningkatan ambisi negara-negara dalam mitigasi, adaptasi, serta pengurangan dampak perubahan iklim secara terukur dan transparan.

Sementara itu, pilar Enable Action menitikberatkan pada New Collective Quantified Goal (NCQG) yang terkait dengan pembiayaan iklim, yang juga menjadi fokus utama di COP29. Pilar ini juga mencakup isu krusial dalam Pasal 6 Paris Agreement yang mengatur kerjasama internasional untuk mencapai target iklim, serta pendanaan Loss and Damage untuk membantu negara-negara terdampak.

Indonesia juga siap untuk mendukung pencapaian visi Enhance Ambition dalam rangka mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) untuk mitigasi, Rencana Adaptasi Nasional (NAPs) untuk adaptasi, serta pelaporan transparansi melalui Biennial Transparency Reports.

“Penting bagi Delegasi Indonesia untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk membawa hasil konkret yang mendukung visi Asta Cita bagi kesejahteraan rakyat Indonesia,” tambah Menteri Hanif.

COP29 akan memperkenalkan 14 inisiatif utama sebagai langkah konkret yang terdiri atas sembilan deklarasi dan pledge serta lima kemitraan dan platform. Diantaranya COP29 Truce Appeal, COP29 Global Energy Storage and Grids Pledge, COP29 Declaration on Water for Climate Action.

Selain itu, terdapat lima kemitraan dan platform yang mendukung aksi nyata di COP29, diantaranya: Climate Finance Action Fund (CFAF), The Baku Initiative for Climate Finance, Investment, and Trade (BICFIT), dan Baku Harmoniya Climate Initiative for Farmers dan Baku Global Climate Transparency Platform (BTP).

Sebagai penutup, Menteri Hanif Faisol Nurofiq memberikan pesan khusus kepada para negosiator Indonesia agar berhati-hati dalam menghadapi negosiasi iklim, mengingat UNFCCC menjadi barometer utama dalam diskusi iklim global.

“Indonesia harus tetap menjaga prinsip CBDR-RC dan mengutamakan kepentingan nasional,” tuturnya.

Menteri Hanif juga mengucapkan terima kasih kepada Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, Tim Paviliun Indonesia, serta seluruh negosiator dan kontributor yang telah menunjukkan komitmen mereka dalam memperkuat diplomasi iklim Indonesia di COP29.

“Mari kita junjung tinggi kepentingan nasional dan terus gaungkan nama besar Indonesia di forum internasional sebagai bagian dari soft diplomacy di Baku nanti,” tutupnya. *

  • Editor: Daton