Kamis, 24 Oktober, 2024

Mitra Prodin Peduli Lingkungan, Kelola Sampahnya bersama BWC, jadi Produk yang Bermanfaat dan Bernilai

Manager Health, Security, and Environment (HSE) Mitra Prodin Yulianti (tengah) dan Legal Officer Mitra Prodin, Kadek Agus Bram Rendrajaya (kanan) berfoto bersama dengan Marketing & Edukator Tim BWC Ida Bagus Ari Wijaya di depan kantor perusahaan linting kertas rokok Mitra Prodin. (Foto: M-011)

DENPASAR,MENITINI.COM-Perusahaan linting kertas rokok Mitra Prodin menyalurkan limbah anorganiknya kepada Bali Waste Cycle (BWC) yang selanjutnya limbah-limbah tersebut diolah menjadi produk bernilai tinggi oleh PT. Mulia Karfa Indonesia, salah satu unit bisnis BWC.

Kepedulian tersebut telah diwujudkan dalam bentuk kerja sama antara Mitra Prodin dengan BWC yang merupakan perusahaan pengolah sampah di Bali. Limbah anorganik dari Mitra Prodin tersebut, selanjutnya dibersihkan dan dipilah sesuai jenisnya, lalu diserahkan kepada PT. Mulia Karfa Indonesia untuk diolah menjadi produk bermanfaat dan bernilai tinggi, seperti kursi, tempat tisu, meja, papan, dan gantungan baju. Yang menarik semua pekerja di PT. Mulia Karfa Indonesia ini merupakan kaum difabel.

“Kita pelajari profilnya (BWC), menarik ya, karena mengolah dari limbah yang awalnya kita anggap tidak berguna, tidak bermanfaat, akan tetapi menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dan juga kami tertarik terhadap yang mengerjakan produk itu, dengan mengkaryakan orang difabel,” ujar Manager Health, Security, and Environment (HSE) Mitra Prodin Yulianti, saat didatangi di Kantor Mitra Prodin, Jalan Ida Bagus Mantra, Ketewel, Gianyar, Bali, Rabu (16/10/2024).

Manager Health, Security, and Environment (HSE) Mitra Prodin Yulianti (tengah) dan Legal Officer Mitra Prodin, Kadek Agus Bram Rendrajaya menunjukkan tempat tisu yang dibuat oleh PT. Mulia Karfa Indonesia. (Foto: M-011)

Dengan didampingi Legal Officer Mitra Prodin, Kadek Agus Bram Rendrajaya, Yulianti menjelaskan kerja sama didasari oleh kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan kaum difabel. Dengan kerja sama tersebut katanya, pihaknya bukan saja telah melakukan kewajibannya sebagai perusahaan dalam menangani limbah perusahaannya, tetapi juga sekaligus dapat memberikan sumbangsih terhadap kaum difabel.


Limbah Mitra Prodin, lanjut Yuliati, secara jenis maupun kuantitas sebenarnya tidak banyak bila dibanding dengan perusahaan lain. Mitra Prodin sebelumnya sudah bekerja sama dengan pihak ketiga, baik perusahaan maupun perorangan untuk mengambil limbah-limbah tersebut. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan terbentuknya departemen EHS di Mitra Prodin, maka mulailah peduli terhadap lingkungan, bagaimana mengurangi limbah, bagaimana mencegah pencemaran, dan keberlangsungan lingkungan tetap berjalan.

Oleh karena itu Mitra Prodin mencari rekanan perusahaan yang dapat menangani limbah-limbah Mitra Prodin tersebut. Dan pilihannya jatuh pada perusahaan yang konsen di pengolahan sampah di Bali, yakni BWC.

Karyawan PT. Mulia Karfa Indonesia menunjukkan lembaran papan hasil dari pengolahan sampah anorganik. (Foto: M-011)

“Secara tidak langsung kami ikut andil dalam program CSR. Meskipun tidak kami langsung, tetapi karena kami mengirimkan limbahnya, kami menganggap itu sudah bagian dari melakukan CSR,” kata Yulianti, sambil menunjukkan tempat tisu hasil kerajinan kaum difabel yang ada di PT. Mulia Karfa Indonesia.

Tempat tisu itu nantinya akan ditunjukkan kepada karyawan Mitra Prodin yang jumlahnya sekitar 4,6 ribu orang lebih, agar mereka tahu bahwa limbah dari perusahaan Mitra Prodin juga bisa diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Kolaborasi Bersihkan Sampah di Pesisir Pantai dan Bawah Laut Tanjung Benoa

Inovasi POKOK TOSS Center Klungkung Masuk TOP 45 Pelayanan Publik

Uji Coba TPST Kesiman Kertalangu-Denpasar Dievaluasi

Mesin RDF TOSS Center Cocok dengan Karakter Sampah Lokal,  Ini Penjelasan Kementerian Lingkungan Hidup AS

Menambahkan keterangan Yulianti, Kadek Agus Bram menyampaikan, banyak orang berpikir bahwa industri itu banyak menghasilkan limbah dan tidak ramah lingkungan. Namun Mitra Prodin, katanya, memang ada limbah B3 juga tetapi jumlahnya tidak banyak bila dibandingkan dengan jumlah karyawan.
"Limbah kita itu sebenarnya limbah rumah tangga, yang paling banyak sisa makanan, dari toilet, ya.. limbah domestiklah," ujarnya. Karena, menurutnya, Mitra Podin sebenarnya perusahaan yang mengutamakan padat karya, yaitu lebih memilih mengkaryakan manusia daripada mesin, sehingga limbahnya lebih banyak limbah dari manusia atau limbah rumah tangga.

Mitra Prodin juga menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Karfa yang berlokasi di Sukasada, Buleleng Bali untuk melihat langsung aktivitas dari kaum difabel dalam mengerjakan produk-produk dari limbah.

Sementara dari pihak BWC, Ida Bagus Ari Wijaya, selaku Marketing & Edukator Tim BWC, menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang dibangun antara Mitra Prodin dengan BWC, dimana Mitra Prodin memberikan limbah-limbah anorganik yang mempunyai nilai ekonomi itu.


"Dengan adanya kepercayaan dari Mitra Prodin untuk bekerja sama dengan kami, kami tentunya lebih semangat, lebih giat lagi, dan mungkin akan lebih berinovasi lagi dalam pengelolaan sampah di Bali," katanya saat dihubungi via Whatshapp.


Dirinya juga mengaku, awalnya merasa terkejut karena Mitra Prodin yang merupakan perusahaan linting kertas rokok itu mempunyai kepedulian dengan sampah anorganik yang dihasilkannya khusunya jenis plastik, dan mempercayakan BWC untuk mengelolanya menjadi produk yang lebih benilai.

Karyawan PT. Mulia Karfa Indonesia menunjukkan lembaran papan hasil dari pengolahan sampah anorganik beberapa waktu lalu. (Foto: M-011)

Direktur Utama PT Karfa Mulia Indonesia yang juga sebagai founder BWC, Putu Ivan Yunatana saat dihubungi via telepon, Kamis (17/10/2024) mengatakan, sangat bagus dengan adanya perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap pengelolaan limbah, seperti perusahaan linting kertas rokok Mitra Prodin ini.


Sampah langsung dipilah antara yang organik dan anorganik. Bukan hanya perusahaan, namun juga setiap orang dalam rumah tangga wajib memilah sampahnya untuk memudahkan proses pengelolaannya.


"Karena hal itu memang kewajiban sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali No. 7 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber," ujar Putu Ivan yang juga sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) Bali Nusra ini.


Ia berharap semakin banyak perusahaan-perusahaan di Bali yang peduli terhadap lingkungan dan juga bisa memilah limbahnya. Karena sampah yang sudah terpilah akan memudahkan dalam proses selanjutnya.

Bahkan beberapa jenis sampah anorganik bisa diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat. Seperti yang dilakukan oleh PT. Mulia Karfa Indonesia, salah satu unit bisnis strategis BWC Group, mengolah sampah anorganik menjadi produk yang bermanfaat, seperti meja, kursi, gantungan baju, asbak, kaki palsu dan lain-lain. Lebih-lebih perusahaan yang berlokasi di Sukasada Buleleng itu pekerjanya adalah kaum difabel, sehingga disamping membantu dalam mengatasi persoalan sampah, PT. Mulia Karfa Indonesia juga membantu mengatasi persoalan sosial ekonomi. (M-011)

  • Editor: Daton