BADUNG,MENITINI.COM- Bulan ke dua, Januari dan Pebruari tahun 2025 pergerakan penumpang internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sayangnya, peningkatan ini tak berbanding dengan jumlah pergerakan penumpang domestik cenderung mengalami penurunan.
Hal itu ditengarai karena pada bulan Februari – April memang mulai memasuki masa low season.
General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Ahmad Syaugi Shahab mengatakan selama dua bulan pertama di tahun 2025, Bandara I Gusti Ngurah Rai melayani 3.643.836 penumpang yang terdiri atas 2.250.983 penumpang rute penerbangan internasional dan 1.392.843 penumpang domestik.
Sedangkan jumlah penerbangan yang terlayani sebanyak 22.540 pergerakan yang juga didominasi oleh rute internasional yaitu 12.442 pergerakan dan 10.098 pergerakan penerbangan domestik.
“Dilihat dari trafik sampai dengan Februari, kami optimis jumlah penumpang akan terus bergerak ke arah yang positif,” kata Ahmad Syaugi Senin (17/3/2025).
Apabila dibandingkan tahun sebelumnya, pergerakan penumpang dan pesawat rute internasional mengalami peningkatan yang cukup baik.
Jika dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan trafik penumpang internasional mencapai 11 persen dan 7 persen pertumbuhan pergerakan pesawat.
Sedangkan jumlah penerbangan domestik baik penumpang maupun penerbangan mengalami penurun 9 dan 11 persen.
“Penurunan ini sudah kami prediksi karena memang kecenderungan trafik di bulan Februari melandai atau memasuki periode low season,” ujarnya.
Sementara, Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengakui saat ini memang hunian kamar hotel di Bali sepi, baik kawasan Sanur, Nusa Dua, Kuta dan Ubud.
Selain karena low season, kata Cok Ace sapaannya, penghematan anggaran kementerian dan lembaga di pusat juga berdampak terhadap tingkat hunian kamar di Bali.
“Tapi kita lihat di lapangan banyak turis, wisatawan asing. Pergerakan mancanegara di Bandara Ngurah Rai juga meningkat. Atau bisa jadi, ada akomodasi hotel dan vila yang belum teridentifikasi oleh PHRI,” kata Cok Ace saat dihubungi, Selasa (18/03/2025).
Menurutnya, ada penambahan kamar di luar Kontrol PHRI. Cok Ace menambahkan, PHRI Bali mencatat okupansi hotel non bintang hanya sekitar 33-35% saja, sedangkan hotel berbintang di angka 63%.
Mantan Wakil Gubernur Bali ini juga menyadari kebijakan efisiensi anggaran melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 juga berdampak pada okupansi hotel di Bali.
“Artinya, tidak ada kunjungan domestik yang datang dari unsur pemerintahan Pada satu sisi, wisatawan domestik yang datang berkeluarga kebanyakan tinggal di vila,” katanya.
Cok Ace juga menyoroti vila-vila yang disewa wisatawan asing maupun domestik terdaftar atau tidak.
“Kami di PHRI sulit melacak okupansi sekarang karena banyak akomodasi yang tidak tercatat, Ini menjadi catatan agar ke depan PHRI mengevaluasi di mana lossnya wisatawan yang stay di Bali,” ujarnya.
Selain itu, sepinya hunian kamar di Bali bisa jadi salah satu spekulasi yang muncul dari laporan Fodor’s Travel, panduan perjalanan asal Amerika Serikat, yang memasukkan Bali sebagai destinasi tidak layak dikunjungi pada 2025.
Laporan tersebut menyoroti masalah overtourism, kemacetan, sampah, dan potensi hilangnya identitas budaya yang semakin mengkhawatirkan di Pulau Dewata.
Jika tren penurunan wisatawan terus berlanjut, pemerintah dan pelaku industri pariwisata Bali harus segera merumuskan strategi baru.
Pembenahan infrastruktur, pengelolaan lingkungan yang lebih baik, serta promosi pariwisata yang lebih selektif bisa menjadi langkah yang perlu dilakukan agar Bali tetap menjadi destinasi unggulan dunia.
Selama Januari-Februari, lalu lintas penerbangan domestik terfavorit merupakan tujuan Cengkareng, dengan jumlah 697.891 orang penumpang dan 4.622 pergerakan pesawat.
Tertinggi kedua adalah rute Surabaya, yaitu 205.249 penumpang dan 1.274 pergerakan pesawat. Pada urutan ketiga rute Makassar dengan 81.028 penumpang dan 567 pergerakan pesawat.
Rute penerbangan internasional tertinggi masih tujuan Singapura, yaitu sebanyak 384.654 penumpang dengan 2.112 pergerakan pesawat.
Rute Kuala Lumpur di posisi kedua yang melayani 262.062 penumpang dari 1.719 pergerakan pesawat.
Sedangkan Melbourne menjadi kota tujuan tertinggi ketiga, dengan jumlah penumpang sebanyak 178.170 orang.
Adapun berdasarkan pergerakan pesawat, Perth di posisi ketiga setelah Kuala Lumpur, dengan jumlah penerbangan 1.151 pergerakan.
Untuk jumlah WNA yang datang dan berangkat melalui Bandara Ngurah Rai dalam periode Januari dan Februari tercatat sebanyak 1.013.700 orang dan total 198 negara.
Berdasarkan data perlintasan warga negara asing (WNA) yang diperoleh dari Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai, jumlah penumpang pemegang passpor Australia masih menempati urutan pertama yaitu 238.080 orang atau 23 persen dari total WNA.
Disusul berikutnya adalah WNA asal Republik Rakyat Cina, sebanyak 103.528 orang, dan India 75.936 orang.
Di tahun 2025 pihaknya menargetkan melayani 26,4 juta penumpang. Saat sedang mempersiapkan beberapa tambahan penerbangan, baik rute domestik maupun internasional.
“Kami optimis dengan bertambahnya rute-rute penerbangan baru dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan penumpang di Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan tentu saja bagi pariwisata serta perekonomian Bali,” imbuhnya. M-003
- Editor: Daton