Kamis, 21 November, 2024

Peringati Hari Kesehatan Mental Sedunia, RSU Bhakti Rahayu Denpasar Gelar Sosialisasi di Desa Dangin Puri Kaja

RSU Bhakti Rahayu Denpasar menggelar sosialisasi kesehatan jiwa di Kantor Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar, Kamis (10/10/2024). Foto: M-011)

DENPASAR, MENITINI.COM- Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day tahun 2024, RSU Bhakti Rahayu Denpasar mengadakan sosialisasi kesehatan mental kepada staf dan perangkat Desa yang digelar di kantor Desa Dangin Puri Kaja, Kamis (10/10/2024).


Hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Desa Danging Puri Kaja, Ketua Badan Pengawas Desa (BPD) Dangin Puri Kaja, serta Direktur RSU Bhakti Rahayu Denpasar, dr. Dina Hadiningsih. Sebagai pembicara dalam sosialisasi itu adalah dr. Ni Putu Ayu Werdhiatmi, M.Biomed, Sp.KJ yang bertugas di RSU Bhakti Rahayu Denpasar.


Sosialisasi mengambil tema “Kesehatan Jiwa yang Prima Mewjudkan Produktivitas Kerja dan Kesejahteraan Keluarga”.


Dalam paparannya, dr. Ayu Werdhiatmi menjelaskan tentang bagaimana kesehatan mental di dunia kerja. Jiwa yang sehat dapat mengenali potensi dan kemampuan yang ada pada diri sendiri. Ia juga akan mampu mengetahui batasan yang jelas potensi dirinya.

dr. Ni Putu Ayu Werdhiatmi, M.Biomed, Sp.KJ menyampaikan paparannya dalam sosialisasi kesehatan jiwa yang digelar oleh RSU Bhakti Rahayu Denpasar di Kantor Desa Dangin Puri Kaja. (Foto: M-011)


Lebih lanjut dr. Ayu Werdhiatmi menjelaskan hal-hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan di dunia kerja. Pertama adalah jam kerja yang berlebihan atau terlalu panjang, sementara sudah tidak ada lagi yang harus dikerjakan.


“Hal ini akan membuat jenuh rasanya, padahal pekerjaan sudah selesai, pulang tidak boleh, harus diam di kantor, sementara pekerjaan di rumah menumpuk, anak-anak sibuk, perlu ini dan itu, kemudian ada kebutuhan yang lainnya lagi,” jelasnya.

Yang kedua adalah merasa kurang dengan gaji yang didapat, dan tidak adanya kesempatan diri untuk berkembang dalam pekerjaan tersebut. Padahal ia merasa mempunyai potensi diri dalam bidang pekerjaannya.


Beratnya beban pekerjaan yang ditanggung juga bisa menjadi faktor pemicu gangguan jiwa dalam dunia kerja. Lalu hal yang didapat tidak sesuai dengan ekspektasinya.


“Misalnya ia sudah mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dengan harapan mendapatkan hasil seperti yang diinginkan, ternyata hal tersebut tidak terjadi, sehingga akan menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan,” tambah dr. Werdhiatmi.

Di dunia kerja juga ada istilah yang dinamakan Syndrom burnout yang menggambarkan dimana seseorang selalu merasa kelelahan secara fisik maupun emosional. Secara emosional, ia akan selalu merasa sedih, merasa dirinya tidak berguna, dan merasa masa depannya suram, tidak ada motivasi, dan malas. Pekerja yang mengalami sindrom ini akan mudah tersinggug, sensitif dan gampang juga baperan. dr. Werdhiatmi juga mengatakan berdasarkan penelitian, di dunia kerja banyak karyawan yang mengalami gangguan emosional seperti mudah marah dan sensitif.


Lalu bagaimana mendeteksi dini seseorang itu mengalami gangguan kejiwaan. Karena deteksi dini bisa mencegah terjadinya gangguan jiwa yang lebih berat.


dr. Werdhaitmi menjelaskan, deteksi dini bisa dilakukan sendiri dengan kuisioner yang terdiri dari 20 pertanyaan. Lalu kalau dari 20 pertanyaan tersebut, 6 diantaranya benar dan sesuai dengan yang sedang dialami, maka bisa dikatakan bahwa sudah mengalami gangguan kejiwaan. 20 pertanyaan dalam kuisiner tersebut diantaranya adalah, apakah sering sakit kepala, kehilangan nafsu makan atau nafsu makan berlebih, merasa takut, cemas, mengalami gangguan pencernaan, sulit berpikir jernih, merasa tidak bahagia, mudah menangis, selalu bersedih, dan sulit mengambil keputusan atau selalu bingung.
Lalu dari jika kuisioner tersebut ada 6 pertanyaan yang sesuai dengan yang sedang dialami, dr. Werdhiatmi melarang agar tidak mendiagnosis sendiri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kejiwaan.

“Karena dokter jiwa atau psikiater akan mendiagnosis seseorang itu panjang rangakaiannya. Dari keluhan fisiknya saat ini, dari penggunaan obat-obatan, riwayat penyakit terdahulu yang rutin minum obat,” katanya. (M-011)

  • Editor: Daton