JAKARTA,MENITINI.COM-Studi terbaru mengungkap faktor risiko strok yang nontradisional seperti migrain, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, dan penyakit autoimun, memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian strok pada orang dewasa di bawah usia 45 tahun.
Penulis utama dalam studi itu, dr. Michelle Leppert, yang juga sebagai asisten profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Colorado menyatakan temuan ini penting karena selama ini perhatian medis lebih banyak tertuju pada faktor risiko strok yang sudah dikenal luas.
Dalam studi itu menyoroti bahwa ada faktor risiko lain yang memiliki peran yang tak kalah penting, terutama bagi generasi muda terhadap resiko strok. Selain faktor risiko strok yang selama ini memang sudah dikenal yang meliputi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes tipe 2, penggunaan tembakau, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, penyalahgunaan alkohol, dan penyakit jantung koroner.
Dari analisa klaim asuransi kesehatan di Colorado antara 2012 hingga 2019, tim peneliti membandingkan data lebih dari 2.600 orang yang mengalami strok dengan lebih dari 7.800 orang yang tidak mengalami strok.
Hasilnya, pada kelompok usia di bawah 35 tahun, strok lebih banyak dikaitkan dengan faktor risiko nontradisional, seperti migrain, dibandingkan faktor risiko tradisional.
Migrain ternyata menjadi faktor risiko nontradisional paling penting, menyebabkan 20% strok pada pria dan hampir 35% pada wanita. Migrain adalah gangguan neurologis yang sering kali ditandai dengan sakit kepala parah.
“Semakin muda usia mereka saat terkena strok, semakin besar kemungkinan stroke yang mereka alami disebabkan oleh faktor risiko nontradisional,” ungkap dr. Leppert.
- Editor: Daton