NUSA DUA,MENITINI.COM– Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antoi Teror Irjen Pol Marthinus Hukom memimpin acara peringatan Bom Bali I yang digelar di Nusa Dua Bali, Rabu (12/10/2022).
Peringatan Bom Bali I tersebut ditandai dengan pelepasan 60 tukik, 6 penyu berukuran besar dan 100 burung merpati. Tukik dan penyu dilepas ke laut di Pantai Menggiat, sementara merpati dilepas ke udara.
Hadir dalam peringatan Bom Bali I tersebut antara lain para penyidik kasus bom Bali I yang umumnya sudah pensiun, para mantan kepala Densus 88, beberapa penyidik dari Australia, Malaysia, para pelaku sejarah, investigator, para korban Bom Bali I, para relawan Bom Bali I dan undangan lainnya. Beberapa tokoh yang hadir antara lain putri putri sulung Gus Dur Yenny Wahid, Gus Nuril, Komjen Pol. (Purnawirawan) Gories Mere, mantan Perdana Menteri Australia, serta undangan lainnya.
Acara diawali dengan melepaskan tukik, merpati dan penyu. Pelepasan langsung di pantai dengan formasi semua undagan membentuk huruf U. Usai pelepasan tukik, merpati dan penyu, acara dilanjutkan dengan peninjauan pameran foto karya Polri tentang penanganan dan pengungkapan kasus bom Bali I. Ada 90 karya foto terbaik yang dipamerkan selama proses penanganan bom Bali I.
“Nanti malam kita adakan semacam makan bersama antara semua pelaku sejarah, korban bom Bali I, tim evakuasi, tim investigator, baik dalam maupun luar negeri. Kemudian tepat puku 23.05 WITA, detik D di mana terjadi bom Bali 1, kami akan melakukan tabur bunga di Monumen Bom Bali Ground Zero, Legian, Kuta, Bali,” ujarnya.
Menurut Irjen Marthinus, peringatan Bom Bali I kali ini harus dimaknai dalam tiga hal penting yakni tentang kehidupan, tentang kebebasan dan tentang keseimbangan hidup. Pertama adalah soal kehidupan. “Kalau kita berbicara tentang kehidupan secara otomatis kita manusia punya hak hidup yang sama, hak untuk makan, hak untuk sekolah, hak untuk apa saja yang baik bagi orang lain. Namun yang muncul adalah pengakuan atau orang ingin diakui dalam setiap kehidupan. Tetapi kadang-kadang manusia itu lalu kemudian mempunyai rasa ego, ingin hidupnya itu lebih dihormati, martabatnya ingin dihormati lalu kemudian tidak mementingkan martabat orang lain,” ujarnya.
Ketika orang mulai memikirkan diri sendiri, martabatnya, lebih dihormati oleh orang lain, maka di situlah mulai terjadi dishamorni. Hasilnya adalah ada hegemoni, menzolimi orang lain, melampaui martabat orang lain.
Terorisme terjadi salah satunya adalah karena upaya untuk melampaui martabat orang lain dengan berbagai cara. Cara yang kelihatan adalah aksi bom, aksi intoleransi, atas nama agama. Padahal manusia memiliki martabat yang sama. Maka ketika kita menghadapi isu-isu terorisme saat ini, yang paling penting bagi kita adalah bagaimana kita menyiapkan seluruh manusia yang ada untuk menghormati setiap martabat manusia lainnya.
Ketika ada orang yang mencoba untuk melampaui martabat orang lain maka kita perlu dudukan dalam sat forum diskusi baik diskusi yang bersifat kelompok kecil, kelompok besar, diskusi publik untuk mencairkan dan mengantisipasi upaya melampaui martabat orang lain. Ini bertujuan agar tidak terjadi gesekan di masyarakat. Terorisme salah satunya terjadi karena pengakuan martabat diri sendiri itu melampaui martabat orang lain.
Kemudian soal kebebasan. Setiap orang bebas untuk apa saja, tetapi tidak melampaui martabat hidup orang lain. Batas paling ujung dari kebebasan seseorang itu adalah hak hidup orang lain. Batas ujung tersebut itulah yang dinamakan keseimbangan hidup. Keseimbangan akan membawa keharmonisan hidup. Gesekan, kekerasan, intoleransi akan terjadi bila hidup sudah tidak harmonis lagi. Untuk itulah peringatan Bom Bali I ini dilakukan, bukan untuk membuka luka masa lalu tetapi untuk menjaga keseimbangan hidup di antara sesama warga. M-006