DENPASAR, MENITINI.COM-Pesatnya perkembangan industri kreatif saat ini, keterampilan membuat animasi dan kartun tidak bisa diremehkan potensinya. Dua karya desain komunikasi visual (DKV) tersebut menghadirkan peluang, khususnya untuk generasi muda yang belakangan banyak berkecimpung di industri kreatif.
Hal itu menjadi bahasan dalam Aguron-guron (Lokakarya) serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) V pada Rabu (19/7) bertempat di Gedung Citta Kelangen, Kampus ISI Denpasar. Lokakarya ini menghadirkan dua narasumber berkompeten di bidangnya yakni Anak Agung Oka Sudarsana (animator animasi Jepang) dan I Wayan Nuriarta (kartunis, dosen DKV ISI Denpasar).
Menurut Agung Oka, potensi ekonomi sebagai seorang animator sangat menjanjikan jika memiliki skill yang baik dalam animasi. Pria asal Jembrana ini menyebut, peluang proyek animasi bertebaran di internet. “Kerjaan animasi banyak sekali di internet. Siapapun bisa mendapatkan kerja di sana asalkan CV-nya bagus,” ujar animator serial Doraemon ini.
Sayangnya, kata Agung Oka, masih sedikit generasi muda Bali yang memiliki keterampilan cukup untuk meraup peluang mengerjakan proyek-proyek animasi. Ia pun mendorong animator muda Bali untuk terus disiplin melatih diri dan bersabar.
Lebih jauh ia menuturkan, animator pemula bisa membuat start up kecil-kecilan, minimal lima orang untuk menangkap peluang pekerjaan. Mulai dengan mengembangkan CV dari proyek-proyek kecil sehingga lambat laun mendapat kepercayaan mengerjakan proyek-proyek besar dari perusahaan post production seperti Cartoon Network. Tentunya, bisa mendatangkan bayaran hingga ratusan juta rupiah.
Ia mengungkapkan, selain peluang yang berseliweran di internet, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian saat ini juga melirik para animator muda untuk mendapat bimbingan mengembangkan diri. Pendampingan yang diberikan selain ilmu juga meliputi fasilitas dan pendanaan. Mereka yang lolos kualifikasi akan dikumpulkan untuk menyelesaikan proyek-proyek yang disodorkan.
“Kalian akan di-challenge membuat project dan diberikan dana dan camp, dan itu dibiayai minimal 5 orang satu tim,” ungkap Agung Oka yang turut menjadi mentor dalam program tersebut.
Peluang yang sama juga ada dalam dunia kartun. Kartunis I Wayan Nuriarta mengatakan, kartun bukan saja sebuah tiruan dari kenyataan (mimesis). Lebih dari itu, kartun mampu memberikan pesan. Terkhusus kartun opini, mampu mengkritisi fenomena keseharian yang kita alami sehari-hari.
“Ada beberapa jenis kartun. Kartun kritik atau kartun editorial lebih tajam dari kartun humor. Pembaca tidak hanya berhenti pada tawa, tapi berefleksi,” tutur Nuriarta.
Untuk itu, seorang kartunis tidak hanya dituntut piawai menggambar, namun juga paham dengan isu-isu yang berkembang di sekitarnya. “Kartun itu serius, tidak cukup skill menggambar. Perlu paham isu sehingga tidak kering. Semangat banyak membaca harus dimiliki seorang kartunis,” jelasnya.
Nuriarta mendorong para kartunis untuk mengangkat tokoh-tokoh lokal yang memiliki identitas yang kuat sehingga menarik perhatian masyarakat. Di samping itu, ia pun mengingatkan kepada kartunis khususnya yang baru memulai untuk memperhatikan beberapa etika yang patut diikuti.
“Jangan masuk isu SARA atau peristiwa tragedi. Ada bencana alam jangan dijadikan sebuah humor,” tandasnya. (M-003)
- Editor: Daton
Berita Lainnya:
- JAM-Intelijen Tekankan Pentingnya Kepatuhan Hukum dan Pencegahan Korupsi dalam PelatihanLegal Executive Development untuk ASN
- Wow.. Segini Jumlah Kerugian Setahun Akibat Kemacetan di Jakarta
- Australia Bakal Melarang Anak Menggunakan Medsos, Ini Alasannya
- Seorang Wanita di Ambon Ditangkap Polisi, Ini Penyebabnya
- Di KTT G20 Brasil, Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Pembangunan Berkelanjutan dan Transisi Energi