NUSA DUA,MENITINI-Presiden Jokowi wanti-wanti bahwa penyelenggaraan 7th Global Platform for Disaster RIsk Reduction (GPDRR) di Bali dengan kehadiran perwakilan 193 negara di dunia, harus menegaskan peran Indonesia dalam pengurangan risiko bencana di dunia.
Forum ini juga harus menjadi momentum untuk mempromosikan kebangkitan pariwisata Indonesia. GPDRR ke-7 yang dilaksanakan oleh Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) dan Pemerintah Indonesia itu sendiri adalah forum global untuk mengkaji dan membahas kemajuan pelaksanaan Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana. Tema yang diangkat tahun ini adalah transformasi “Dari Risiko ke Ketangguhan: Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua di Dunia yang Telah Berubah Karena Covid-19”.
Sebagai bagian dari strategi komunikasi Indonesia sebagai negara tuan rumah maka digelar Rumah Resiliensi Indonesia (RR-I) sebagai prakarsa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama organisasi-organisasi masyarakat sipil dan lembaga-lembaga donor dan internasional di Indonesia serta lembaga usaha dan komunitas dengan dukungan penuh dari Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Bali (FPRB Bali).
“Rumah resiliensi ini bertujuan untuk menggemakan narasi Indonesia tangguh, mendukung pencapaian tujuan nasional, dan memperluas jangkauan GPDRR kepada para mitra Pentahelix serta khalayak luas di Indonesia dan di dunia,” ungkap Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan, Minggu (22/5/2022).
Di Art Building Bali Collection berlokasi yang berjarak hanya 500 meter dari venue GPDRR itu, selama minggu ini akan digelar 90 mata acara terkait penanggulangan bencana dan resiliensi. Di dalamnya ada diskusi, talk show, demo ketangguhan bencana sampai penampilan seni budaya.
“Rumah Resiliensi Indonesia ini sungguh mencerminkan semangat Gotongroyong, sebagai modalitas sosial bangsa Indonesia, dan dijadikan branding nasional yang mendasari kerjasama penanggulangan bencana dari Indonesia untuk dunia,” kata Puji Pujiono, Koordinator Panggung Resiliensi.
Kegiatan panggung ini diselenggarakan secara gotongroyong oleh sebelas Kementerian/Lembaga, hampir 40 LSM/CSO/Jaringan, 4 Universitas, 3 organisasi internasional (donor), 4 badan PBB, serta jaringan lembaga bisnis.Indonesia kaya pengalaman dalam menangani bencana mulai dari gempa, tsunami, banjir bandang, longsor, likuifaksi bahkan pandemi, dimana Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup tanggap dan tangguh.
“Gotongroyong banyak pihak yang membuahkan capaian penanggulangan bencana, respon kemanusaian dan penguatan ketangguhan ini perlu terus diperkuat sebagai suatu showcase kepada masyarakat global,” dijelaskan oleh Titi Moektijasih seorang Officer Kantor Urusan Kemanusaian PBB di Indonesia yang ikut memainkan peranan penting dalam penyelenggaraan Rumah Resiliensi.
Melalui pesan-pesan naratif, susunan acara, tata letak pameran, delegasi, para tamu undangan dapat mengikuti secara runut, diawali dengan, bagaimana komunitas tangguh, tumbuh dan berkembang, dengan adat dan budaya yang mendasarinya dan mampu menghadapi risiko, merespon bencana dan pulih lebih kuat. Kemudian delegasi dan undangan akan dapat mendalami bagaimana sektor usaha kecil menengah dapat bertahan saat pandemi dan mampu bangkit kembali pasca bencana.