Menurut Subandi, sampah tersebut diairi dari hulu, masuk melalui muara ke laut, dan dari laut kemudian diseret ombak dan arus laut masuk ke areal mangrov. Karena datang bersama air laut maka seringkali masuk sampai di akar-akar paling dalam dari Mangrove tersebut. Kondisi ini hampir merata mulai dari Kedongan, Suwung, Benoa hingga ke beberapa areal lainnya. Bila dibiarkan terlalu lama maka akan merusak Mangrove dan bisa menimbulkan lagu dan mati.
Solusinya adalah agar masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai, selokan, got yang akhirnya terbawa hingga ke muara dan ke laut. “Gubernur Bali sudah mencanangkan pengolahan sampah berbasis sumber. Namun sepertinya tidak didukung oleh pemahaman, dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pengolahan atau pemilahan sampah berbasis sumber,” ujarnya. Akibatnya masyarakat tetap saja membuang sampah di berbagai tempat dan tidak terurus dengan baik. Hasil akhirnya sampah dan terutama sampah plastik sampai ke laut dan ke Mangrove di Tahura Ngurah Rai.
Berita Terkait
- Exhibition Sanur Independent School, BWC Pamerkan Kerajinan dari Daur Ulang Sampah
- Tingkatkan Penanganan Sampah Berbasis Sumber, TP PKK Bangli Sambangi Sidoarjo
- FP Unwar Perkenalkan Teknologi Pakan Fermentasi bagi Peningkatan Produktifitas Babi Bali
- Sampah Kiriman Berserakan di Pantai, J2PS : Produsen Jangan Jadi Penonton