Jumat, 22 November, 2024

Semangat Sumpah Pemuda di Era Digital: Sebuah Kisah dari Sumba Tengah dan Parepare

Erlinda Rambu Enga dan Shinta Amang. (Foto: Ist)

Sembilan puluh lima tahun telah berlalu sejak Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan; menyerukan bahwa nusantara bersatu sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Sumpah tersebut bukan hanya simbol persatuan, namun juga katalis untuk berinovasi, beradaptasi, dan menjaga ketangguhan.

Nilai-nilai yang sama masih relevan hingga kini, ketika kita berada di era digitalisasi. Menjawab peluang yang hadir seiring berkembangnya teknologi, semangat Sumpah Pemuda mendorong putra-putri bangsa untuk mengembangkan potensi diri demi meningkatkan daya saing, dan menggunakannya untuk menciptakan dampak positif yang bermanfaat bagi Indonesia.

Adalah komitmen Microsoft untuk menjadi jembatan bagi semangat pemuda dalam meningkatkan keterampilan mereka dengan menyediakan program pelatihan digital yang relevan. Komitmen ini mendorong Microsoft untuk menghadirkan berbagai program skilling yang dimaksudkan untuk merampingkan kesenjangan antara keterampilan pemuda saat ini dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan yang tersedia bagi mereka.

Diinisiasikannya Skills for Jobs Indonesia yang merupakan program pemberian literasi digital, keterampilan digital, dan persiapan kerja gratis merupakan salah satu manifestasinya. Membawa nilai-nilai inklusivitas yang selaras dengan semangat Sumpah Pemuda, peningkatan akses terhadap keterampilan digital merupakan fokus penting dari Skills for Jobs Indonesia, dan ini berarti menyediakan program pengajaran bagi sebanyak mungkin masyarakat Indonesia, di mana pun mereka berada.

Saya belajar, supaya orang lain dapat tumbuh – Cerita dari Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur

Erlinda Rambu Enga, atau yang lebih akrab dipanggil Erlinda, adalah seorang sarjana peternakan asal Nusa Tenggara Timur. Lahir dan tumbuh di Sumba Tengah, Erlinda sempat menempuh pendidikan tingginya di Kupang sebelum kembali ke kampung halaman setelah lulus kuliah.

“Latar belakang pendidikan dan pekerjaan saya jauh dari penggunaan komputer dan teknologi digital, belum lagi koneksi internet yang tidak stabil di wilayah ini membuat saya, dan mungkin orang muda seusia saya, tidak tahu apa itu keterampilan digital. Lalu pandemi melanda dan saya diajak ikut program ini oleh teman saya di kota [Kupang]. Ternyata banyak hal yang bisa saya pelajari dari sana,” kenang Erlinda.

Melalui Skills for Jobs Indonesia, Erlinda mempelajari keterampilan mengoperasikan Microsoft Office dari nol, khususnya untuk aplikasi-aplikasi seperti Excel, Word, dan PowerPoint. Selain itu, Erlinda juga menjalani kelas manajemen bisnis yang membantunya membangun dan menjalankan bisnis kecil miliknya dengan lebih efisien. Tantangan yang dihadapinya tak membuatnya patah semangat, dan Erlinda dengan gigih menyelesaikan modul hingga selesai.

Pengetahuan dan keterampilan baru ini tak ia simpan sendiri. Menyadari keterbatasan kemampuan digital warga di sekitarnya, Erlinda pun membuka pintu rumahnya untuk menerima kunjungan warga setempat yang menjumpai permasalahan teknologi dalam aktivitas sehari-hari mereka.

“Banyak tetangga yang datang ke rumah dan minta tolong diajarkan, entah untuk mengerjakan tugas, mendaftar pekerjaan secara online, bahkan adik-adik sekolah yang mempersiapkan diri untuk kuliah di Pulau Jawa. Mereka minta diajarkan supaya tidak tertinggal dari orang-orang yang punya akses lebih baik di kota besar. Jadi, saya gunakan ilmu yang saya dapat supaya jadi manfaat bagi orang lain,” sebutnya.

Jika bagi kebanyakan orang, rumah adalah tempat beristirahat, maka rumah Erlinda menjadi mercusuar harapan di mana ia dapat menyebar manfaat yang telah ia terima dari Skills for Jobs Indonesia ke komunitasnya.

“Saya sadar bahwa banyak sekali anak muda di sekitar saya yang belum fasih digital. Berkat keterampilan Microsoft Office yang diajarkan melalui Skills for Jobs Indonesia, saya ditawarkan untuk menjadi pengajar komputer di salah satu SMK di sini. Meski saat ini saya belum bisa menerima pekerjaan tersebut karena ada hal-hal domestik yang memerlukan fleksibilitas tinggi, ini jadi inspirasi saya untuk membuka warnet sekaligus pusat pelatihan komunitas yang bisa saya jadikan tempat mengajar yang lebih kondusif, sehingga masyarakat Sumba Tengah jadi semakin cakap digital,” tutup Erlinda.