BULELENG MENITINI.COM-Komisi IX DPR RI, BKKBN dan Pemerintah Kabupaten Buleleng menggelar kembali sosialisasi pencegahan stunting, kali ini sosialisasi diadakan di Desa Tinggarsari, Busungbiu, Buleleng, Bali.
Meski Bali hanya memiliki kasus stunting rendah khususnya Buleleng hanya 3,5 % namun upaya menjadikan zero stunting di Bali semakin gencar.
Dalam kesempatan itu hadir, I Nyoman Riang Pustaka, Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Buleleng, Ratna Juita Razak, Pranata Humas Ahli Madya BKKBN Pusat, I Ketut Kariyasa Adnyana, Anggota Komisi IX DPR RI.
“Pemberian pemahaman yang baik sejak dini akan mempersiapkan mereka untuk membentuk keluarga sehat, dan melahirkan generasi berkualitas,” Nyoman Riang di Buleleng, Bali, Kamis (5/8/2024).
Menurutnya, dengan memberi pemahaman terkait stunting pada masa remaja akan mencegah terjadinya kasus-kasus stunting.
Dengan sosialisasi sedini mungkin, masyarakat akan lebih mengerti tentang melahirkan generasi yang berkualitas, pentingnya pendewasaan mental, kesehatan reproduksi dan cara mencegah stunting.
“1000 hari pertama (HPK) kehidupan, masa awal kehidupan. Saat janin 270 hari hingga 2 tahun pertama kehidupan 730 hari. 1000 HPK sangat penting karena masa kondisi pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak sangat pesat,” ungkapnya.
Dikonfirmasi bersamaan, Ratna Juita Razak, Pranata Humas Ahli Madya BKKBN Pusat mengaku penurunan Stunting merupakan hal yang sangat penting.
Target nasional pada tahun 2024 yaitu 14%. Angka stunting di Provinsi Bali di bawah rata-rata nasional, khususnya di Kabupaten Buleleng yaitu 3,5%.
“Walaupun angka dibawah rata-rata harus tetap memperhatikan langkah-langkah pencegahan stunting pada anak. Hal itu untuk menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan,” tutur Ratna.
Sementara itu, I Ketut Kariyasa Adnyana, Anggota Komisi IX DPR RI menyebut koordinasi semua pihak menjadi salah satu kunci utama mencegah terjadinya kasus-kasus stunting di Indonesia.
Terlebih Bali bisa melakukan pengendalian penduduk dengan menjaga adat dan tradisi yang berlaku. Namun bisa tetap melakukan pencegahan stunting melalui aktivitas adat melalui banjar-banjar (kelurahan/desa).
Kariyasa menjelaskan penurunan stunting perlu pengendalian penduduk dengan tetap menjaga adat istiadat Bali. Dirinya memaparkan pencegahan stunting di Bali bisa melibatkan kearifan lokal yang selalu dilakukan warga masyarakat.
Terlebih Bali banyak memiliki adat dan budaya yang bisa disinkronkan dengan pencegahan stunting.
“Di Bali bisa melakukan penurunan dan pencegahan stunting dengan pelibatan kearifan lokal. Mengendalikan penduduk, mencegah stunting dengan tetap menjaga adat istiadat Bali,” tandasnya. (M-003)
- Editor: Daton
Berita Terkait
- Danlantamal Ambon: Penyelesaian Konflik Sosial di Pulau Haruku, Harus Melibatkan Semua Pihak Kedua D...
- Ribuan Massa Serbu Kampanye Koster-Giri dan AdiCipta di Desa Sedang
- Ganjar Sebut Demokrasi Indonesia Berjalan di Rel Keliru, Ini Alasannya
- Pemprov Gulirkan Bebas BBNKB Jilid II, Begini Respon Wajib Pajak