Kamis, 28 November, 2024

Skema “Travel Bubble” Terganjal Dua Hal, Ini Penjelasan Ketua PHRI Badung

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung,Bali Gusti Ngurah Rai Suryawijaya bersama Bupati Karawang dr. Cellica Nurrachadiana di acara Munas XVIII PHRI 2020 di Hotel Resinda, Kerawang

DENPASAR, MENITINI.COM Rencana Travel Bubble (ketika dua atau lebih negara yang berhasil mengontrol virus corona sepakat untuk menciptakan koridor perjalanan wisata) yang telah dirancang pemerintah bersama industri pariwisata tanah air menjadi salah satu skema yang ditempuh membuka kembali pariwisata Bali untuk internasional.

Ada lima negara yang dijajaki, Australia, China, Korea, Jepang dan Timur Tengah. Semula rencana pembukaan pariwisata internasional dengan skema tersebut diwacanakan triwulan pertama awal tahun 2021, namun sepertinya belum bisa dilaksanakan.   

Kenapa? Karena angka pertambahan Covid-19 di Bali kembali melonjak sejak awal tahun 2021 dan kebijakan negara pemasok turis  yang masih menutup perjalanan ke luar negeri serta ada beberapa negara masih lock down

Hal itu diungkapkan Ketua PHRI Badung, IGN Rai Suryawijaya. Menurutnya, rencana travel bubble menjadi salah satu yang dibahas di tim Pokli (kelompok ahli) Gubernur Bali di bidang pariwisata bersama tim pemulihan pariwisata Bali.

Ini tindak lanjut, dengan Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno saat berkunjung ke GWK beberapa waktu lalu. Pada dasarnya Menparekrekraf Sandiaga Uno komit memberikan support untuk Bali. “Kita buat dua program, yaitu program usulan padat karya dan event yang bisa dibuat sampai Desember nanri. Namun karena saat ini masih PPKM, jadi belum bisa kita buat event. Karena event ini bisa mengundang kerumunan. Agar jangan kontradiktif, jadi program ini akan disesuaikan kembali,” kata Rai Suryawijaya saat dihubungi, Seni (25/1/2021).

Ia mengakui, travel bubble menjadi salah satu jalan opsi menggeliatkan kembali sektor pariwisata Bali. Namun karena kasus Covid-19  terus melonjak di Bali  mencapai tiga digit sejak awal tahun 20201 opsi ini kembali dikaji. Terlebih Australia berpotensi tak membuka penuh perbatasan internasional hingga 2022 karena berbagai faktor pertimbangan.

Begitupula dengan China yang belum membuka border dan sepertinya akan memberlakukan kebijakan itu sampai September 2021. “Kasus meningkat, walau pariwisata internasional dibuka yang datang siapa? Kalau travel bubble, yang paling besar wiasatawannya itu Australi dan China. Tapi mereka juga belum berani sepenuhnya membuka kran perjalanan mereka ke luar negeri,” kata Rai Suryawijaya the owner Respati Bali dan Batu Belig Cottage ini

Melihat kondisi ini, travel bubble sejauh ini memungkinkan dilakukan negara Jepang, Korea dan timur tengah. Terlebih respon negara Korea dan Jepang dengan Bali positif. Namun tentunya hal itu harus kembali mempertimbangkan situasi dan kondisi Covid-19 saat ini yang masih fluktuatif. “Kita harus serba hati-hati menyikapi situasi saat ini. Kalau sekali buka, maka harus dibuka terus dan tidak boleh tutup lagi nanti. Karena itu pemerintah terus berupaya dan memastikan pengendalian kasus Covid-19,”paparnya.

Pariwisata Bali saat ini memang sangat terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19. Sebab sudah hampir 10 bulan kondisi pariwisata Bali terpuruk dan sampai berdarah-darah. Dimana dana cadangan habis, income sangat kecil, biaya perawatan akomodasi yang tinggi dan beban operasional yang cukup tinggi. Pemerintah sudah berupaya maksimal membangkitkan kondisi tersebut dan sangat gencar mengendalikan agar angka kasus tersebut bisa menurun. 

Upaya pemerintah perlu didukung semua pihak, yaitu dengan menjaga kesehatan dirinya, kesehatan keluarga dan semuanya. Caranya disiplin menerapkan prokes, sehingga membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19.  

Sebab kalau hanya pemerintah saja yang berupaya, tentu tidak akan bisa cepat berlalu pandemi ini. Untuk itu,  ia mengajak semua elemen masyarakat saling bantu membantu memutus mata rantai Covid-19 ini.  

“Kita harus benahi diri dari dalam, agar Bali menjadi pulau yang sehat, penduduknya, bersih, lestari, aman dan indah. Kita harus membangun kepercayaan dunia bahwa Bali aman dan layak di kunjungi. Membangun kepercayaan tidak mudah,”kata Rai. rian/all/poll