SALAMALAIKUM warahmatulohi wabarakatuh. Salam sejahtera. Selamat pagi, Bapak Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Hj. Iriana Joko Widodo. Insya Alloh Bapak Presiden dan Ibu Negara sehat selalu dan penuh keberkahan. Aamin….. YRA.
Saya memohon maaf karena mengganggu kesibukan Bapak Presiden mengurus rakyat Indonesia. Apalagi menyampaikan hal penting dan serius melalui jejaring sosial Facebook. Namun, harapan saya Bapak Presiden secara langsung atau melalui kementerian dan lembaga terkait berkenan mengarahkan perhatian ke Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur kemudian mendengar langsung dari warga masyarakat yang terkena dampak meletusnya gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, NTT pada Minggu, 29 November 2020 pagi.
Hingga kini, ribuan warga di dua kecamatan yaitu Ile Ape dan Ile Ape Timur, di bawah kaki lereng gunung Ile Lewotolok sudah diungsikan ke Lewoleba; kota Kabupaten Lembata. Sebagian besar lainnya masih bertahan di rumah masing-masing. Mereka, para pengungsi, ditampung di sejumlah posko pengungsian dan bertahan dengan makanan ala kadarnya. Mereka semua ini, belum tersentuh maksimal pemerintah maupun pihak-pihak lain.
“Banyak pengungsi tinggal di rumah-rumah penduduk. Setelah didata tiga sampai empat kali, bantuan tak kunjung datang. Kasihan anak-anak kecil dan ibu hamil hidup dalam kondisi mengkhawatirkan. Pemerintah Kabupaten Lembata tentu kewalahan dengan kemampuan keuangan daerah. Perlu segera dibantu Pemerintah Pusat. Saya pikir Bapak Presiden Jokowi bisa membantu lewat kementerian atau lembaga terkait,” kata Pastor Yeremias Pr, imam Katolik Keuskupan Larantuka pagi ini.
Bapak Presiden yang terhormat. Sungguh erupsi gunung Ile Lewotolok sejak Minggu pagi, debu vulkanik tak hanya menutupi lereng gunung hingga Lewoleba. Namun juga debu disertai bau belerang menyasar sampai Wulandoni dan Nagawutun, dua kecamatan di selatan Lembata, yang berhadapan muka dengan pesona Laut Sawu.
Kami percaya, Bapak Presiden Jokowi punya tugas dan tanggungjawab besar memantau persoalan-persoalan serius yang berpotensi mengganggu sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara seperti wabah covid-19 maupun kasus pembantaian sadis satu keluarga di Desa Lembatongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 27 November 2020 lalu.
Namun, erupsi Ile Lewotolok yang nyaris melumpuhkan aktivitas warga di Lembata di tengah meningkatnya kasus covid-19 di daerah itu, adalah juga masalah rakyat Indonesia yang terpaut jauh dari Istana Negara; masalah rakyat yang juga butuh sentuhan hati Bapak Presiden Jokowi bersama kementerian dan lembaga terkait.
Kiranya, Bapak Presiden berkenan meluangkan waktu sejenak, mengarahkan perhatian ke Lembata; pulau yang memproduksi banyak imam, suster Katolik, biarawan, biarawati yang melayani tak hanya dalam negeri tapi juga hampir di lima benua di dunia.
Pulau yang menghasilkan banyak orang jujur dan hebat di Indonesia, yang mengabdi untuk bangsa dan negara. Bapak Presiden tentu tahu Prof Dr Gorys Perawin Keraf, ahli Tata Bahasa Indonesia. Saya percaya Bapak tentu baca buku karyanya saat masih SMA di Solo atau saat kuliah di Universitas Gajah Mada. Alm Gorys Keraf itu orang kampung asal Lembata, pulau yang kini tengah bermuram durja akibat semburan asap dan api Ile Lewotolok.
Bapak Presiden dan Ibu Negara. Insya Alloh, ungkapan kegelisahan ini masuk juga ke ruang Bapak Presiden dan menyapa hati Bapak untuk melihat bencana saat ini dengan hati. Hati seorang pemimpin negeri yang sangat dikasihi orang-orang kampung di kampung halaman saya: Lembata. “Yang penting kita harus bekerja sama, bersama-sama membangun negara ini,” kata Bapak Presiden Jokowi dalam https://m.mediaindonesia.com/read/detail/243016-jokowi-prabowo-bersua
Saya mencatat baik komitmen Bapak dalam tulisan saya di Harian Media Indonesia setelah Bapak unggul pada Pemilihan Presiden beberapa tahun lalu.
Jakarta, 1 Desember 2020
Ansel Deri  Orang udik dari kampung;
Anggota DUTA JOKOWI