MENUJU GOLKAR SATU
JAKARTA,MENITINI.COM – Menjelang musyawarah nasional (Munas) Partai Golkar ,nama Wakil Ketua Koordinator bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) jadi kuda hitam dalam pencalonan Ketua Umum masa bakti 2019-2024.
Berdasarkan hasil survei nasional ETOS Indonesia Institute menyebut peluang Bamsoet lebih besar ketimbang Ketum Airlangga Hartarto. Dari 1.000 responden yang merupakan respresentasi suara Partai Golkar pada 1 Juli-14 Juli 2019. 1.000 responden tersebut, terdiri dari simpatisan, anggota dan fungsionaris Partai Golkar.
Menurut Direktur Eksekutif ETOS Institute, Iskandarsyah, Bamsoet mendapat suara
dukungan dari responden sebesar 42 % disusul Airlangga Hartarto yang mendapat
dukungan sebanyak 37 %. “Dua nama menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar yang
paling banyak dipilih responden yaitu Bambang Soesatyo dan Airlangga
Hartarto,” kata Iskandarsyah kepada MENITINI, Sabtu
(20/7/2019).
Dalam survei itu, selain Bamsoet dan Airlangga, ada nama Indra Bambang Utoyo mendapat dukungan sebesar 8 %, Agus Gumiwang 7 %, Ahmad Doli Kurnia 5 % , dan Yorrys Raweyai 1 %. “Jadi, berdasarkan hasil ini, ada 63 % responden menginginkan pergantian kepemimpinan pusat (Ketua Umum-red),” ujarnya.
Lanjut Iskandarsyah, dengan adanya hal tersebut maka mantan wartawan yang kini menjadi  Ketua DPR-RI itu memiliki suara yang potensial di kalangan internal Partai Golkar sebagai kandidat terkuat calon ketua umum Parpol berlambang pohon beringin itu. “Jika dilihat dari suara dukungan para kader, Bamsoet lebih potensial di internal partai Golkar, meski survei kita buat dengan  1.000 responden namun itu sudah sangat  respresentasi,” ujar Iskandarsyah.
Dia menilai, Bambang Soesatyo memiliki 65% suara dari total keseluruan DPD Golkar baik tingkat l maupun tingkat ll. “Iya, saya pastikan minim 65%,” kata Iskandarsyah dengan yakin.
Jadi, sebanyak 58% responden menyatakan Tidak Puas terhadap kepemimpinan pusat Partai Golkar, 31% menyatakan puas dan 11% memilih tidak menjawab “Akibat menurunnya suara Partai Golkar dalam pemilu 2019, menjadi faktor yang cukup mempengaruhi pendapat responden terkait kepuasan terhadap kepemimpinan pusat partai,” bebernya.Â
Diketahui, survei ETOS Institute menggunakan sampel 1.000 orang. Berdasarkan jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar sekitar 3% dengan tingkat kepercayaan 90 persen.
Adapun responden diwawancari lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Nah, pengamatan kualitatif terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). “Jadi, dalam pengamatan kualitatif ini tidak ditemukan kesalahan berarti,” tutup Iskandarsyah. domi lewuk.