“Bencana alam tidak akan pernah dapat diduga terkait waktu dan tempatnya. Oleh sebab itu, kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap bencana dan tanggap darurat wajib dimiliki,” kata Cok Ace.
Direktur Kantor UNESCO Jakarta Muhamed Djelid dalam sambutannya menyampaikan sosialisasi agar tumbuh kewaspadaan pada setiap individu membutuhkan kerja nyata bukan hanya teori semata. “Tanjung Benoa memiliki indikator-indikator yang dibagi dalam tiga kategori besar yakni penilaian, kesiapan, dan respons yang baik,” ujarnya.
Di antaranya pemetaan dan penetapan zona bahaya tsunami, perkiraan jumlah orang yang berisiko di zona bahaya tsunami, identifikasi sumber daya ekonomi, infrastruktur, politik, dan sosial serta peta evakuasi tsunami yang mudah dipahami.
Selanjutnya informasi tsunami termasuk tanda-tanda yang ditampilkan untuk umum, keterjangkauan ketersediaan dan pendistribusian sumber daya kesadaran publik dan pendidikan, serta kegiatan sosialisasi atau pendidikan diadakan minimal tiga kali dalam setahun.
Selain itu, latihan tsunami komunitas dilakukan setidaknya dua tahun sekali, adanya rencana tanggap darurat tsunami komunitas, tersedianya kapasitas untuk mengelola operasi tanggap darurat selama tsunami, serta sarana untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik secara tepat waktu.
Sumber: Antaranews