Jumat, 22 November, 2024

Terkumpul Rp 5 Miliar, Kado Natal untuk Ribuan Guru Honorer

Para Canirunners – pelari alumni Kolese Kanisius, Jakarta – sesuai lari pada Minggu, 6/12/20 untuk menggalang dana bagi Caritas Christmas.

JAKARTA, MENITINI.COM Terkumpul hampir  Rp Lima Miliar (Rp 5.000.000.000) donasi yang terhimpun dari  gerakan belarasa Lari  dan Gowes  Caritas Christmas Cross  Challenge  2020 (LG4C)  setelah berlangsung dua pekan. “Sampai hari ini, 16 Desember, donasi  yang terkumpul hampir Rp 5 miliar”  kata Christiano Hendra Wishaka, Ketua Panitia Pelaksana Caritas Christmas. Hendra  menyampaikan hal itu  kepada Tim Media Caritas Christmas  dalam konsolidasi donasi pertama pada Rabu pagi (16/12/2020).

“Ini kejutan  menggembirakan karena semangat berbagi masyarakat ternyata tetap tinggi di tengah masa pandemi  yang sulit,” kata Hendra. Dia mengaku optimistis, donasi bagi para guru honorer prasejahtera masih akan terus mengalir sampai 31 Desember – tanggal  penutup program LG4C.

Hasil penggalangan dana  yang melibatkan 3100 pelari dari  Indonesia  – serta 17 negara Eropa, Amerika  Utara,  Asia, serta  Timur Tengah itu, seluruhnya  akan akan disumbangkan  kepada  2000 lebih guru honorer prasejahtera di  luar Jawa. Khususnya, mereka yang bekerja di wilayah terpencil. Seluruh hasil donasi akan diserahkan  kepada  Yayasan  KARINA-KWI —  lembaga  kemanusiaan di bawah  payung  Konferensi  Waligereja  Indonesia (KWI). Yayasan  ini menjalankan  Program Bantuan Pendidikan  bersama Komisi Pendidikan KWI dan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI.

Direktur Eksekutif  Yayasan KARINA – KWI, Dr. Fredy  Rante Taruk Pr. mengatakan penyaluran dana hasil donasi akan dilakukan setelah program Caritas  Christmas berakhir pada 31  Desember  2020. Namun seluruh persiapan telah dimulai sejak awal Desember. “Donasi  utama akan diberikan kepada sekitar 2000 lebih guru honor prasejahtera. Sisanya   disalurkan untuk perbaikan  200-an sekolah rusak di wilayah  27  provinsi Indonesia,”  kata pastor yang biasa disapa Romo Fredy. 

Menurut Fredy, KARINA-KWI akan berupaya maksimal agar seluruh donasi benar-benar sampai  ke tangan mereka yang paling  membutuhkan.  “Ini dana publik yang harus kami kelola dengan akuntabel, akurat, transparan,” kata doktor bidang  ekonomi bisnis kelahiran  Toraja,  Sulawesi Utara  ini   menegaskan.  Terkait daftar penerima bantuan, KARINA-KWI bekerjasama dengan Komisi Pendidikan KWI untuk   menyeleksi dan melakukan asesmen. 

Sekretaris  Eksekutif  Komisi Penddikan KWI  TB. Gandhi Hartono SJ bersama tim Komisi Pendidikan di wilayah 27 provinsi, telah bergerak  sejak November lalu, untuk menyaring data ribuan guru honorer. “Tujuannya, agar  para  penerima donasi benar-benar selaras dengan  tujuan gerakan  belarasa  Caritas  Christmas. Yakni, “The poorest  of the poor,” ujar  Romo Gandhi sapaannya.

Gandhi  mencontohkan,  jika ada guru hononer yang pasangannya seorang lurah, pejabat daerah, pengusaha  lokal, pasti   tidak  masuk daftar penerima.  Atau jika pasangan seorang guru hononer memiliki usaha kecil  menengah (UKM)  yang mapan juga tidak  masuk daftar. “Selain guru  honorer,   kami juga menyaring 200-an lebih sekolah dasar dan menengah pertama di beberapa  daerah  yang kondisinya parah, sehingga  menghambat kegiatan belajar,”  kata Gandhi.

Sejumlah guru honorer di  wilayah  terpencil amat menaruh harapan pada donasi LG4C.  Beberapa dari mereka sudah pernah menerima bantuan  tambahan honor dari Yayasan KARINA-KWI – melalui Komisi Pendidikan KWI. Antara lain, guru-guru  SDK  Londa Lima, Sumba Timur, serta  para guru honor SMA  Mediatrix  Ambon. 

Dari Maumere,  Kabupaten Sikka,  Nusa Tenggara  Timur, Emanuel Gabriel Kosenti, Guru SDK  Yapenthom  I Maumere,  mengaku jika ada  bantuan  dari Caritas  Indonesia dan Komisi Pendidikan KWI, saya ingin gunakan untuk membeli  HP.   

Pria yang telah 3,5 tahun menjadi guru  honorer   Bahasa Indonesia ini  mencari tambahan dengan  menjadi tukang ojek. “Hasil ojek untuk belanja ikan dan sayur-mayur,”  ujarnya. 

Emanuel mengaku amat kesulitan melaksanakan   pengajaran  secara virtual kepada  murid-muridnya yang berlokasi jauh dari Kota Maumere karena ketidaaan telpon genggam.  “Sulit sekali hubungi  murid atau  orangtua mereka,” Eman menambahkan.

Menjadi tukang  ojek juga menjadi pilihan Arman  Ahmad,  tenaga honorer SD Santa Theresia  Ternate  yang telah  bekerja   10  tahun, 9 bulan.   Pandemi membuat Arman putus-gaji sejak Maret – September 2020.  “Mulai November bisa  terima setengah gaji. Saya harap pandemi  segera lewat supaya   saya dapat  bekerja membiayai keluarga dan  sekolah anak-anak,” cerita   Arman melalui  kontak video   jarak jauh.

Ignatius Kardinal Suharyo, saat meresmikan kickoff  memimpin   misa pembukaan  Caritas Christmas Cross Challenge 2020 pada  1 Desember lalu mengatakan, gerakan kebaikan bersama ini menjadi salah satu bentuk pelayanan bagi  para guru di wilayah terpencil yang terus giat  bekerja  di tengah  pandemi.” “Semua pelari, pejalan, yang naik sepeda, terlibat dengan rasa gembira yang tulus” ujar Kardinal. poll/ton