![](https://www.menitini.com/wp-content/uploads/2024/07/warga-suriah.jpg)
Warga Suriah di Turki menunggu untuk bisa menyeberang ke Suriah, di gerbang perbatasan Cilvegozu, dekat kota Antakya, Turki tenggara. (Foto: AP/AP)
ISTANBUL-MENITINI.COM-Negara Turki menutup perbatasannya dengan Suriah pada Selasa (2/7/2023), akibat terjadinya kerusuhan pada Minggu (30/6/2024) malam. Pasukan Turki di daerah perbatasan mendapat serangan dari warga Suriah yang marah karena rekan senegaranya disebut mendapat kekerasan di Turki.
Polisi Turki telah menahan setidaknya 474 orang yang terlibat dalam serangan yang menargetkan komunitas Suriah di seluruh negeri pada Minggu malam. Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya mengatakan, serangan ke warga Suriah menyebabkan kerusuhan di sejumlah wilayah.
Sejumlah properti dan kendaraan milik warga Suriah dirusak dan dibakar di pusat Kota Kayseri. Insiden ini terjadi setelah laporan media sosial ada seorang pria Suriah yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak perempuan warga Turki. Yerlikaya mengatakan insiden tersebut sedang diselidiki polisi.
Badan Intelijen Turki (MIT) menyatakan, kekerasan menyebar ke Provinsi Hatay, Gaziantep, Konya, Bursa, dan di Distrik Istanbul. Ada laporan media sosial tentang beberapa warga Suriah yang terluka.
Kabar tersebut membuat ratusan warga Suriah marah dan turun ke jalan di beberapa kota di wilayah barat laut negara itu.
Pada Senin (1/7/2024) malam, Turki menutup penyeberangan di perbatasan Bab al Hawa, jalur perdagangan dan penumpang utama negaranya dengan Suriah.
Kota di perbatasan Suriah, Afrin, menjadi lokasi bentrokan paling parah, dengan sedikitnya empat orang tewas dalam baku tembak antara pengunjuk rasa bersenjata dan pasukan Turki.
Di tempat lain, terjadi pertempuran kecil dan bentrokan bersenjata, dengan warga sipil melemparkan batu ke konvoi Turki di beberapa kota, dan merobek bendera Turki di beberapa kantor.
Presiden Turki Tayyip Erdogan menyalahkan serangan anti-Suriah kepada lawan politiknya. "Tidak ada yang dapat dicapai dengan mengobarkan xenofobia atau kebencian pengungsi di masyarakat," kata Erdogan.
Turki memutuskan hubungan dengan Suriah setelah perang saudara Suriah pada 2011 dan mendukung pemberontak yang ingin menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.