Pendapat Ahli
Mengutip wawancara dengan Dr.Michael Daignault, seorang dokter ruang gawat darurat dan kepala penasihat medis di Reliant Health Services, mengatakan mungkin ada keuntungan untuk mencampur dan mencocokkan vaksin mRNA, tetapi hingga kini belum terdapat cukup data untuk mengambil kesimpulan ini. Daignault merekomendasikan mereka yang mengalami gangguan kekebalan yang parah, seperti pasien transplantasi organ padat, mendapatkan booster kedua dari jenis mRNA. Sebaliknya, orang yang telah tertular COVID-19 dan telah menerima dosis awal mungkin tidak memerlukan suntikan booster tambahan saat ini. Dasarnya, infeksi adalah pendorong munculnya kekebalan hibrida yang merupakan bentuk kekebalan yang paling kuat. Pakar lain, Dr. Erika Schwartz juga mempertanyakan perlunya booster kedua. Tidak adanya data yang cukup mendasar menurunkan urgensi dari booster kedua. Beliau menyarankan tetap taat prokes, jaga jarak sosial, jaga waktu tidur yang cukup, jaga hidrasi dan tetap aktif masih merupakan kunci paling utama yang alami.
Usia 50 Tahun Keatas Harus Apa?
Daignault menunjuk pada studi tahun 2022 berdasarkan data dari Israel, yang mulai memberikan dosis keempat kepada orang berusia 60 hingga 100 tahun pada Januari. Israel merupakan negara yang berani menginisiasi booster pertama dan kedua sebelum Badan Kesehatan Dunia (WHO) ketok palu untuk penggunaan secara darurat. Hasil penelitian menunjukkan mereka yang mendapat booster kedua memiliki peluang lebih rendah untuk sakit parah hingga 6 minggu setelahnya. Sayangnya, proteksi yang diperoleh sangat minimal dan berkurang dalam waktu cepat.
Berita Terkait
- Hari Kesehatan Mental Sedunia, Berikut Cara Memperingatinya
- Boehringer Ingelheim Membuka Program Vaksinasi STOP Rabies di Gianyar
- RevitaLash® Cosmetics Luncurkan Inisiatif Berdampak Global dan Lokal dalam Memerangi Kanker Payudara
- Skrening Kesehatan Penting, Begini Kata Menkes saat Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI