Ketua IMARESTI Bali En Hayong mengatakan, awalnya pihak panitia meminta agar mahasiswa Flotim tampil dengan tarian ciri khas daerah Flotim. “Kami diminta oleh panitia untuk menampilkan tarian khas dari Flotim. Dan kami bersedia, dan memilih tarian Tonu Wujo untuk kami tampilkan di Festival Budaya PETANESIA. Kami rutin berlatih, dan bisa tampil dengan baik,” kata En Hayong.
Tarian Tonu Wujo merupakan tarian dari Kabupaten Flores Timur NTT. Tarian ini menceritakan pengorbanan nyawa seorang gadis desa untuk kesetaraan masyarakat pada waktu bencana kelaparan yang dimulai dari proses penanaman benih, pemetikan dan pemisahan kulit dari padi menjadi beras.
“Besi Pare Tonu Wujo itu lah nama sang gadis yang oleh masyarakat Flores Timur di kenang sebagai Dewi Padi. Darah yang tertumpah membawa kehidupan dan kesejahteraan, sang jiwa kembali ke asal, tubuh yg fana ini menjelma menjadi makanan, menyatu menjadi darah dan daging. Akulah saudari padaku ibu alam mewujud,” kata En beberapa waktu lalu sembari mengajak masyarakat Bali asal NTT untuk menyaksikan penampilan mereka.
Berita Terkait
- Budaya Tionghoa dan Bali Berpadu di Perayaan Imlek 2575 di Kawasan Heritage Jalan Gajah Mada
- 'Prabawa Natha' Tampil Mememukau Kirab Nyepi Perdana di Kota Surakarta
- VIDEO: Tolak Virus Corona, Ratusan Warga Wailolong Gelar Ritual di Pohon Beringin Berpenjaga Ular Mi...
- Berkesan 16 Bulan Jabat Kajari Denpasar, Jantung Berdebar Hadapi Kasus Jerinx