Jumat, 22 November, 2024

MIRIS, Pasien Positif Virus Corona di Bali Ditolak Lima Rumah Sakit, Alasannya Terlalu Dini

Tim medis simulasi tangani pasien MERS-CoV (Suara.com/Shevinna Putti)

DENPASAR, MENITINI.COM– Pengakuan istri seorang pasien positif virus corona atau covid-19 di Bali bikin miris.

Penanganan pasien positif virus corona yang seharusnya diatensi secara serius malah ‘dipim-pong’ dengan alasan terlalu dini menyebut positif terinfeksi virus corona.

MEP pasien positif covid-19 yang kini telah sembuh membagikan kisahnya saat berjuang mendapatkan pengobatan.

Ia sempat ditolak untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di lima rumah sakit di Bali.

Setelah pulang dari Papua ke Bali tanggal 13 Maret 2020 malam.

MEP mengalami batuk kering, kondisinya memang tampak sehat saat itu.

Namun, secara drastis kondisinya anjlok tanggal 22 Maret 2020.

Tanggal 15 Maret 2020, selain batuk kering MEP mengalami demam 37,8 derajat celcius.

MEP pun memeriksakan ke rumah sakit rujukan pemerintah.

Namun, dirinya tidak dilayani untuk pemeriksaan dan perawatan lanjutan pertama dengan alasan terlalu dini menyatakan Covid-19 atau tidak.

MEP diminta melakukan tes darah lengkap dan rontgen.

Kemudian, ke rumah sakit lain melakukan rontgen, hasilnya leukosit tinggi disinyalir ada infeksi dalam tubuh, trombosit rendah dan ada flek pada paru-paru kanan dan kiri.

Kemudian, MEP dirujuk ke RS rujukan pemerintah yang sebelumnya telah didatanginya.

Tiba di sana MEP mendapat penolakan lagi, kedua dengan alasan ruangan penuh dan ditegaskan oleh pihak rumah sakit apabila terlalu dini menyatakan Covid-19.

Lalu, mereka pulang ke rumah dan memutuskan isolasi mandiri sementara.

Tak berselang lama, MHW sang istri menghubungi beberapa rumah sakit rujukan pemerintah lainnya.

Namun, suaminya tetap tidak diterima.

“Total suami saya sudah ditolak lima rumah sakit,” bebernya dilansir dari Tribun Bali Rabu (1/4/2020).

MEP merasa sangat terpuruk saat itu.

Beruntung, tanggal 20 Maret 2020 ada rumah sakit swasta bukan rujukan pemerintah mau menolongnya untuk merawat.

Lantas apa jadinya jika tetap tidak ada rumah sakit yang menolong?

“Ini bisa jadi pelajaran bagi semua, karena kita tidak tahu orang kapan kritisnya. Kalau misalkan ditolak lagi saya tidak tahu tangal 22 apa yang terjadi sama suami.

Situasi memburuk sangat cepat sekali, dari sehat langsung nyungsrep kondisinya,” ungkap MHW saat menceritakan kondisi MEP saat itu.

“Di RS swasta bertemu dokter spesialis paru, dilakukan CT Scan, hingga kemudian dinyatakan highly suspect positif Covid-19,” tuturnya.

MHW sebagai istri sejak awal sudah memiliki firasat bahwa penyakit yang diderita suaminya mengarah ke infeksi covid-19.

Namun, apa mau dikata, dokter di rumah sakit memberikan kebijakan berbeda.

“Feeling saya sebagai istri sudah mengarah ke sana,” terangnya.

Hal ini menjadi warning bagi pemerintah, karena bukan tidak mungkin pasien positif Covid-19 bisa berkeliaran bebas karena pembiaran dan penolakan seperti ini.

Ia berpesan kepada masyarakat supaya lebih aware dengan kondisi diri sendiri dan lingkungan.

Masyarakat bisa menyiapkan termometer digital sehingga bisa selalu mengecek suhu tubuh.

“Saya juga meminta agar mempersingkat waktu, tidak di ping-pong seperti suami saya kemarin,” pesannya.

“Jadi jangan takut untuk memeriksakan diri. Jangan disembunyikan dengan berlaku biasa saja, itu lebih berbahaya.

Kami juga menginformasikan kepada lingkungan agar lebih aware, bahaya corona ini nyata, ada di depan kita,” imbuh dia

Tak hanya itu, MHW saat itu juga diterpa kabar hoaks yang beredar di masyarakat yang menyebut dirinyalah yang terinfeksi Covid-19 lengkap dengan data dirinya.

Akan tetapi, MHW tidak ingin meneruskan kasus itu ke ranah hukum, ia lebih memilih merawat suaminya.

“Saya sempat terpuruk banget. Apalagi ditambah ada informasi hoaks itu tentang saya,” ujar dia. (*)



Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Istri Pasien Positif Virus Corona di Bali Ngaku Suaminya Ditolak Lima Rumah Sakit Rujukan Pemerintah